Film Clairvoyant, Horor Surealis Multiintepretasi
Di deretan film-film yang tayang di gelaran Jakarta Film Week 2022 secara daring, ada film pendek asal Philipina. Genrenya adalah horor surealis. Clairvoyant, judulnya.
Aku langsung tertarik dengan film ini ketika melihat posternya yang hitam putih. Dalam sinopsisnya, disebutkan ada anak perempuan dari keluarga kurang mampu yang mampu melihat sosok yang mengerikan mirip dengannya. Ayahnya terus berkata mirip dengannya, bisa mengetahui hal mistis.
Dalam film pendek yang dibesut oleh John Luke Miraflor ini penonton diajak memberikan intepretasi tersendiri tentang apa yang sebenarnya dialami anak perempuan tersebut. Hingga filmnya selesai, penonton diberikan penutup yang mengambang. Apa yang sebenarnya terjadi dengan anak perempuan tersebut.
Uhm aku merasa tak nyaman dengan kilasan-kilasan adegan di kreditnya. Bikin gelisah.
Ini intepretasiku seusai menyaksikannya hingga kredit berakhir.
Anak perempuan dalam film tersebut nampak terus menangis. Ayahnya yang percaya mistis dan takhayul, yakin anak perempuannya memiliki kemampuan sama dengannya, bisa melihat makhluk gaib.
Hal ini membuat marah istrinya. Mereka keluarga miskin. Tinggal terpencil di rumah panggung sederhana. Si istri kesal ia merasa bekerja seorang diri dan tak paham dengan pembicaraan suami dan anaknya. Ia juga kesal dan sedih anaknya tak kunjung bisa berbicara meskipun sudah berusia 10 tahun.
Namun si anak terus menangis…
Apakah sebenarnya ia mengalami halusinasi melihat sosok mirip dirinya karena ia kurang gizi? Ataukah sebenarnya kedua orang tuanya telah meninggal dan ia hidup sebatang kara di rumah tersebut?
Kemungkinan ketiga, satu keluarga tersebut telah meninggal karena latarnya adalah saat pandemi Covid. Hal ini diperkuat dengan rumah yang kotor dan nampak tak ditinggali bertahun-tahun. Juga ada mainan anak yang nampak terbengkalai. Ya bisa jadi anak dan kedua orang tersebut meninggal dengan kondisi menyedihkan.
Film ini bikin penasaran. Gambarnya yang hitam putih berhasil memberikan nuansa misteri. Musik skoringnya juga menambah atmosfer mencekam.
Sila memaknai sendiri film berdurasi 16 menitan ini. Film ini masih bisa ditonton hingga 31 Oktober di platform Vidio.
Gambar dari Jakarta Film Week