Komik Warung, Keseharian Pemilik Warung dan Problemanya
Ada banyak komik lokal yang bagus tayang di Webtoon. Komik ini bisa dibaca cuma-cuma di platform tersebut. Salah satunya yang sudah masuk ratusan episode dan masih menarik dibaca adalah Warung karya Yupit.
Cerita tentang keseharian keluarga pemilik warung ini berlatar di Klungkung, Bali. Alhasil ada sebutan bli dan mbok untuk kakak laki-laki dan kakak perempuan.
Tokoh utama dari komik ini adalah keluarga pemilik Warung Mak Siti adalah Mak Siti (ibu), Pak Su (ayah yang bekerja sebagai polisi), Ayu (anak pertama yang berjuang menyelesaikan skripsi), Putra (anak kedua, masih mahasiswa), dan Diah (si bungsu yang paling pintar).
Komik dengan genre slice of life ini banyak membahas tentang kondisi sehari-hari Warung Mak Siti. Ada beberapa problema berkaitan dengan warung yang riil dan relevan dengan yang ada di dunia nyata.
Mengelola warung itu tak mudah. Apalagi warung yang juga berjualan sayur-mayur dan aneka lauk-pauk, serta menjual makanan sederhana seperti mie instan dan aneka minuman.
Mak Siti setiap hari berangkat pagi-pagi buta ke pasar. Setelah berbelanja, ia menyiapkan sarapan buat keluarganya dan membersihkan rumah. Setelahnya ia menjaga warung, sambil sesekali melakukan pekerjaan rumah tangganya. Ada kalanya anak-anaknya membantunya.
Awal-awal membuka warung, pendapatan dari warung cukup lumayan dan dapat menutup pengeluaran mereka bulanan karena gaji polisi dikisahkan pas-pasan. Tapi ketika anak-anak mereka kuliah, Mak Siti mulai was-was, apalagi pendapatan warung jauh berkurang sejak adanya minimarket di dekat lingkungan mereka.
Warung pun makin sepi ketika tetangga ikut membuka warung dan menawarkan diskon. Mak Siti berupaya keras melakukan inovasi, dari berjualan minuman dingin hingga menjual barangnya secara daring. Namun gagasannya selalu ditiru.
Sementara anak-anak Mak Siti juga punya masalah masing-masing. Utamanya Ayu. Ia merasa tertekan karena skripsinya tak kunjung selesai.
Cerita yang Bisa Ditemui di Keseharian
Yang membuat komik ini begitu menarik karena ceritanya yang membumi, dekat dengan hal-hal yang bisa kita temui sehari-hari. Apalagi jika si pembacanya pernah atau kerap berbelanja di warung, atau punya saudara yang mengelola warung. Atau, keluarga kalian sendiri yang memiliki warung.
Membaca komik warung ini jadi ingat masih kecil di kampung halaman. Tetangga menggunakan warung sebagai sumber pendapatan utamanya. Kami suka berbelanja ke sana. Hingga kemudian ada tetangga lainnya yang juga membuka warung. Lokasinya lebih dekat dari rumah.
Setelah membaca komik warung ini aku jadi merasa bersimpati kepada tetangga yang membuka warung pertama. Aku juga jadi lebih paham perasaan Bude dulu yang juga punya warung. Warung milik Bude dulu lumayan laris hingga kemudian muncul berbagai swalayan dan minimarket.
Cerita-cerita dalam mengelola warung ini mudah ditemui di dunia nyata. Ya, aku jadi ingat bagaimana dulu kami suka mengobrol dengan pemilik warung dan tetangga-tetangga yang kami temui di warung. Dan, ada banyak barang di warung yang tak ada di minimarket.
Problema yang dihadapi Ayu juga mungkin pernah pembaca alami. Bagaimana susahnya bertemu dosen pembimbing, menghadapi revisian, dan perasaan was-was karena skripsi tak kunjung selesai. Aku ikut sedih ketika membaca episode Ayu yang sampai menyantap nasi dan biskuit abon saja karena uangnya habis untuk membeli buku referensi skripsi.
Ceritanya gado-gado. Pembaca ikut diaduk-aduk emosinya. Ada bagian yang sedih, juga ada bagian yang membuat pembaca tersenyum simpul. Ada juga bagian yang membuat pembaca ikut terbawa perasaan melihat perjuangan Ratih yang diam-diam menyukai Putra sejak masih duduk di bangku SD.
Bagian yang menyenangkan salah satunya ketika melihat salah satu pelanggan Mak Siti yang nampak lahap menyantap mie telurnya. Karena gajinya tipis sebagai honorer, ada kalanya ia menyantap mie instan. Baginya mie instan telur dan kerupuk sudah jadi makanan istimewa
Gambar-gambar dalam komik ini memiliki ciri khas lokal, tidak berupaya meniru komik Hollywood atau manga Jepang, meski aku lebih suka gambar dalam musim pertamanya. Saat ini sudah ada ratusan episode pendek-pendek dan sudah masuk musim ketiga.
Komik ini sendiri masih punya keterbatasan. Meski latarnya di Klungkung Bali, tapi nuansa Balinya kurang terasa. Awal-awal aku malah mengira latarnya di tempat lain dan sekadar punya darah Bali. Akan lebih baik apabila kultur dan nuansa Balinya juga lebih diperbanyak di komik ini.
Warung itu komik yang menyenangkan. Komik yang membuat kita senang dan haru, juga membuat kita bersimpati kepada para karakternya dengan aneka problematikanya yang dekat dengan keseharian.
Gambar dari Webtoon dan Facebook Yupit