Buat Jamu Kunyit Asem dan Jamu Komplet Sendiri Yuk!
Kuiris tipis kunyit. Kutengok air dalam kendil tanah liat. Airnya sudah mulai mendidih. Kumasukkan gula merah dan asem Jawa. Baru kemudian irisan kunyit ikut masuk di dalam kendil. Kuaduk-aduk, lalu kendil tanah liat kututup, sambil sesekali kubuka dan kuaduk. Akhirnya jamu kunyit asem itu jadi. Asam manis sedap. Dan, yang penting banyak khasiatnya bagi tubuh.
Jamu kunyit asem paling sering kukonsumsi. Ketika mulai remaja dan mengalami menstruasi, ibu sering membuatkanku jamu kunyit asem. Jamu ini ampuh membuat perutku nyaman. Yang tadinya perut sakit tidak karuan, langsung membaik.
Dulu rasanya mudah sekali mendapatkan jamu. Selain jamu kunyit asem, kami sering sekali mengonsumsi jamu beras kencur dan sinom karena ada penjual jamu seorang nenek-nenek yang berdagang dengan berkeliling. Ketiga jenis jamu ini juga enak sekali jika ditambahkan es.
Ketika kuliah di luar kota dan kemudian berkeluarga, aku mulai jarang meminum jahu. Kadang-kadang memang ada penjual jamu gendongan yang lewat di depan rumah. Tapi kini mereka tidak lagi terlihat. Alhasil ketika badanku terasa tidak nyaman saat datang bulan, aku pun membeli jamu kemasan.

Kawan membagikan jamu produknya

Jamu kunyit asem dari Bu Guru Kembar
Yang sering kuminum adalah jamu kunyit asem dari Sido Muncul. Rupanya bukan hanya aku yang suka jamu ini, pasangan pun juga menyukainya. Kadang-kadang ada teman juga yang menawarkan produknya, seperti jahe lemon dan kunyit asem.
Nah, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) lalu, tepatnya 20 Mei 2024 aku mengikuti workshop membuat jamu. Acaranya diadakan di kantin Museum Kebangkitan Nasional mulai pukul 09.30 WIB.
Tak dinyana pesertanya begitu banyak. Kami diajari oleh ibu guru kembar, Bu Sri Rosyati (Rossy) dan Bu Irianingsih (Rian) yang saat itu tampil cantik dan tampil anggun dengan kebaya merahnya.

Jamu juga muncul di hotel biasa hingga hotel berbintang
Secara bergantian dan dengan penuh ketelatenan, para pendiri Sekolah Darurat Kartini ini memperkenalkan kepada para peserta tentang manfaat jamu, bahan-bahan jamu, serta cara mengolahnya hingga menjadi jamu yang sedap dan bermanfaat. Rupanya ibu guru kembar ini sering mengajar tentang jamu kepada masyarakat umum.
Jamu yang kami buat pertama adalah jamu kunyit asem. Seorang peserta diminta untuk mengiris tipis-tipis kunyit. Bahannya sendiri memang mudah, yaitu dua buah kunyit, gula merah, dan seperempat kilo asam Jawa, serta air putih sebanyak lima gelas. Lalu semuanya direbus dalam kuali tanah liat hingga matang.

Bu guru kembar mengajarkan tentang jamu
Jamu ini biasa disebut penjual jamu dengan nama jamu adem-ademan karena berfungsi untuk mendinginkan perut. Kunyit asam ini memang baik untuk meredakan nyeri saat datang bulan bagi perempuan. Jamu kunyit asem ini juga baik untuk menjaga daya tahan tubuh, membantu menurunkan berat badan, dan meredakan radang sendi. Jamu ini rasanya asam manis segar. Makin enak bila ditambahkan es batu.
Jamu berikutnya yang diajarkan adalah jamu beras kencur yang menurut Bu Rossi baik untuk menjaga vitalitas tubuh, meredakan batuk, dan meredakan gejala maag.
Bahannya juga mudah, bisa didapatkan di rumah. Yaitu, beras dua sendok yang sudah direndam semalaman. Lalu kencur lima buah, sedikit garam, gula secukupnya, dan air matang dua gelas. Jamu ini tak perlu dimasak dengan api. Bahan-bahan yang sudah dipersiapkan tinggal diblender hingga halus lalu disaring.

Kami bikin jamu di Muskitnas
Versi lainnya yang pernah kubaca yaitu berasnya disangrai dulu. Terserah versi mana yang ingin digunakan. Rasanya sama-sama enak, segar, dan menyehatkan.
Nah, jamu berikutnya bahannya lumayan susah karena banyak. Tak heran jika Bu Rian menyebutnya sebagai jamu komplet. Jamu ini sangat baik untuk menjaga kesehatan paru-paru dan menjaga stamina tubuh. Jamu ini juga bisa membantu meredakan batuk, radang tenggorokan, dan gejala Covid, terang Bu Rian.

Jamu komplit
Bahan jamu lengkap begitu banyak sehingga kucatat baik-baik. Bahannya terdiri dari jahe, kayu manis, cengkeh, bunga lawang (Star anise), kapulaga, serai, dan daun pandan.
Karena penasaran dengan rasa jamu komplet, aku menunggunya matang dengan sabar. Rasanya pedas manis dan begitu hangat di tubuh.
Setelah mengikuti workshop ini aku langsung mampir ke tukang sayur dekat rumah. Aku membeli jahe, cengkeh, kapulaga, gula merah, kunyit, dan serai. Sedangkan bahan lain seperti kencur, bunga lawang, kayu manis, dan daun pandan sudah ada di rumah. Aku juga membeli kendil tanah liat.

Setelah kendil tanah liat kurendam semalaman dan kukeringkan, maka kendil tersebut siap untuk kugunakan. Aku membuat dua jenis jamu. Jamu kunyit asem untukku dan jamu komplit untuk pasangan.
Aku mengikuti cara yang diajarkan oma kembar. Kusiapkan bahan-bahan, lalu kuiris-iris, dan kumasukkan ke kendil tanah liat. Kata Bu Rossi, memasak jamu lebih baik dengan kendil atau kuali tanah liat. Ia melarang untuk menggunakan panci aluminium karena bisa berbahaya.
Ternyata membuatnya gampang. Kedua jamuku berhasil. Aku mencicipinya dan rasanya mirip dengan yang dibuat oleh bu guru kembar. Wah senangnya.
Tentang Riwayat Jamu, dari Pengetahuan Lokal Hingga Diakui UNESCO
Awalnya aku bingung alasan diadakan workshop jamu pada peringatan Harkitnas. Oh rupanya ada koleksi jamu di Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas), jamu dianggap sebagai pengobatan tradisional yang sudah ada sejak jaman dulu.
Ada ruangan di Muskitnas yang khusus membahas tentang jamu dan tanaman obat nusantara. Ada penjelasan tentang jamu, juga ada koleksi gandik dan pipisan jamu yang merupakan alat untuk menggiling atau menumbuk bahan jamu.
Rupanya riwayat jamu ini sudah lama digunakan oleh nenek moyang, terbukti dengan adanya relief tentang pengobatan herbal di Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Penataran. Pengetahuan tentang racikan obat-obatan dari tanaman juga ditemukan di naskah-naskah daun lontar yang tersebar di Jawa, Bali, hingga daerah Sulawesi Selatan. Wah menakjubkan ya.
Masih di ruangan yang sama, aku mendapatkan wawasan bahwa suku Jawa punya kebiasaan untuk membuat dan meminum jamu untuk menjaga kesehatan dan pengobatan yang tercantum dalam Serat Centini yang diterbitkan pada tahun 1814. Di Keraton Solo juga ada kitab Kawruh Bab Jampi-jampi Jawa yang memiliki 1.734 resep tanaman obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Luar biasa. Pengetahuan tentang racikan obat herbal ini juga ditemukan di kitab pengobatan tradisional Bali yang bernama Lintas Usada.

Info Jamu di Muskitnas
Pengobatan tradisional ini lalu diteliti dan diakui oleh bangsa kulit putih dengan terbitnya De Medicina Indorum (Ilmu Pengobatan Orang Hindia), karya Jacob Bontius pada tahun 1642.K emudian pada tahun 1684 Hermann Nikolaus Grimm merilis Pharmacopoeia indica yang berisi daftar tanaman dan hewan yang berkhasiat sebagai bahan obat-obatan tradisional. Sementara buku berjudul Bataviasche Apotheek yang terbit di Batavia pada tahun 1746 berisikan katalog tanaman herbal.
Jamu ada yang menyebutnya sebagai istilah yang merupakan gabungan kata Jawa dan ngramu sehingga berarti ramuan Jawa. Ada pula yang menganggap jamu berasal dari kata jampi atau mantra sebagai salah satu cara pengobatan tradisional.
Jamu kemudian diakui sebagai warisan budaya tak benda nasional Indonesia oleh Kemendikbud Ristek pada tahun 2018. Selanjutnya pada tahun 2023, jamu diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Dunia asli Indonesia. Nah 27 Mei 2024 kemudian ditetapkan sebagai Hari Jamu Nasional dengan tujuan masyarakat mengenal, melestarikan, dan dapat mengambil manfaat dari jamu.

Sudah berusia 73 tahun tetap bugar
Omong-omong Bu Guru Kembar saat ini telah berusia 73 tahun. Keduanya mengaku tidak pernah sakit dan selalu sehat bugar. Keduanya juga terlihat awet muda dan tangkas.
Wah aku jadi ingin seperti mereka. Belajar ah membuat aneka jamu, seyampang sudah punya kendil tanah liat dan bahan bakunya. Besok belajar buat jamu apa ya?
Gambar: Semua gambar merupakan dokumen pribadi
