Cerita di Tanah Lada yang Absurd

Di Tanah LadaDari dulu penasaran dengan novel karya penulis yang namanya panjang dan susah dieja. Ya, ia adalah Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, yang beken lewat karyanya berjudul Semua Ikan di Langit. Namun aku belum berhasil meminjam buku tersebut di iPusnas ataupun iJak, sehingga kuputuskan untuk membaca Di Tanah Lada dulu. Bab pertama dan kedua buku ini menarik meski terkesan berat. Bab-bab berikutnya membuatku gelisah, ingin segera menuntaskannya.

Buku Di Tanah Lada bercerita tentang anak perempuan bernama Ava yang memiliki ayah yang kejam. Ia dan ibunya sering diperlakukan semena-mena.

Suatu ketika si ayah menerima warisan dari Kakek Kia. Bukannya digunakan untuk usaha, si ayah malah menjual rumah dan mengajak mereka pindah ke Rusun Nero yang kumuh. Di sana ia asyik berjudi.

Ava kemudian menjalin pertemanan dengan pengamen usia 10 tahun bernama P. Sama dengan Ava, P juga memiliki ayah yang kejam. Apakah semua ayah itu kejam?!

Ehm sepertinya ulasannya bakal mengandung spoiler!

Susah Membayangkan Novel ini Realis
Awal-awal membaca buku ini aku tertarik karena buku ini menjadi juara dua dalam Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014. Selain itu karakter Ava terbilang unik dan jenius. Apalagi di bab pertama ada bagian yang seperti algoritma. Dikisahkan Ava adalah anak yang gemar membaca kamus yang merupakan pemberian kakeknya, Kakek Kia.

Hubungannya dengan anak laki-laki yang disebut P atau Prince atau Pepper juga tidak biasa. Keduanya langsung lekat, seperti tidak terpisahkan. Meski kemudian Ava akan tinggal di rumah pamannya karena sikap ayahnya yang makin menakutkan, namun ia lebih memilih untuk menemani P yang baru dikenalnya beberapa hari daripada bersama ibunya yang disebutnya sebagai orang yang dicintainya.

Ceritanya tidak realistis untuk karakter anak-anak, apalagi usia enam tahun. Sehingga kemudian aku memposisikan cerita ini sebagai cerita yang absurd dan bergenre fantasi dengan tokoh-tokoh dan kepribadiannya yang tidak membumi.

Oke di awal Ava digambarkan tergila-gila dengan kamus dan ini tetap konsisten hingga akhir, meski berlebihan untuk anak seusianya. Buku kamus umumnya tebal dan berat. Tentunya susah bagi anak seusia Ava membawanya ke mana-mana dalam tasnya.

Ava di awal juga digambarkan tidak bisa melakukan banyak hal seperti makan sendiri, membuka pintu, dan lain-lain. Ia banyak bergantung pada ibunya. Tapi di tengah cerita, ia digambarkan menjadi luar biasa dengan bisa ke sana ke sini dengan mudahnya.

Pemikiran-pemikiran Ava juga tidak umum untuk anak enam tahun. Sepertinya Ava menjadi corong si penulis untuk menyampaikan segala kegelisahannya.

Karakter seperti ibu dan dua tokoh yang menyokong P juga tidak konsisten dalam cerita ini. Apakah seorang ibu bisa meninggalkan anaknya sendirian di luar rumah pada hari pertama mereka pindah? Ada banyak hal yang membuat si tokoh ibu di sini digambarkan tidak simpatik namun juga tidak konsisten dengan penggambaran di awal.

Konflik dan penutup kisah terlalu berlebihan untuk kisah dua anak kecil yang batinnya terluka. Mereka seperti menjelma menjadi Romeo dan Juliet, bukan lagi dua anak yang polos.

Sepertinya si penulis mencampurkan banyak hal cerita-cerita yang pernah dibacanya, seperti Little Prince, The Egg, dan cerita-cerita lainnya (tentang anak yang tergila-gila kamus ini aku juga pernah baca di sebuah buku, tapi lupa judulnya), namun kemudian lupa bahwa tokoh utama kedua cerita ini hanyalah dua anak kecil.

Oleh karena ceritanya yang absurd, terlalu dark untuk tokoh anak kecil, juga digarap berlebihan, maka aku lebih suka memposisikan buku ini sebagai karya fantasi atau buku yang absurd. Melihat hubungan P dan Ava yang kurang wajar untuk ukuran anak-anak, aku membayangkan keduanya seperti hubungan anak laki-laki dan anak perempuan dari ikan dalam film Ponyo.

Lantas apa yang dimaksud dengan Di Tanah Lada? Mungkin ini merujuk ke nama pemberian Ava untuk P yang berarti Pepper alias lada. Lada dulu adalah rempah-rempah yang sangat berharga dan membuat mereka yang merasakan masakan dengan bumbu lada merasa bahagia. Jadinya Di Tanah Lada bisa dimaknai tempat yang membuat seseorang bahagia dan merasa berharga.

Apakah buku ini layak direkomendasikan? Ehm isu dalam buku ini memang banyak, utamanya KDRT dan hubungan anak dan kedua orang tuanya, tapi rasanya janggal ketika semuanya disuarakan oleh anak–anak dengan penutup yang terkesan berlebihan dan artifisial.

Kalian sepertinya perlu sepertiku. Pandang dulu buku ini sebagai buku fantasi atau buku yang absurd, agar bisa menikmatinya.

Detail Buku:
Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebak Buku: 244 halaman
Tahun Terbit: 2015

Gambar dari Goodreads

~ oleh dewipuspasari pada Mei 10, 2024.

Tinggalkan komentar