Resensi Buku: Gadis-Gadis dari Riyadh
Para perempuan di seluruh belahan dunia sepertinya memiliki harapan yang sama. Ingin mendapat hak dan perlakuan yang sama dengan kaum pria. Dan juga memiliki kebebasan berpendapat, termasuk kebebasan untuk memilih atau menolak pria yang melamarnya. Inilah beberapa hal yang dikisahkan oleh seorang gadis yang mengirimkan surat elektronik dengan menyembunyikan identitas aslinya.
Setiap hari Jum’at, gadis misterius itu mengirimkan surat elektronik ke grup chattingnya yang diisi oleh para wanita. Ia menceritakan tentang harapan, mimpi, dan perjalanan cinta keempat sahabatnya. Empat teman wanitanya itu adalah Michelle, Lumeis, Qamrah, dan Shedim. Mereka adalah para gadis berlatar belakang keluarga berada yang tinggal di Riyadh. Berlatar belakang tahun 2005, para wanita di Riyadh pun telah dapat mengenyam pendidikan sarjana dan keluarga kaya di sana rata-rata memiliki koneksi internet.
Arus modernisasi ini membuat keempat gadis ini mempertanyakan nilai-nilai tradisi yang masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat. Qamrah, misalnya. Sejak tahun pertama kuliah, ia dilamar oleh mahasiswa pasca sarjana bernama Rasyid. Ia hanya bertemu sekali dengan Rasyid pada masa perkenalan. Namun karena pemuda ini telah dipilihkan kerabatnya dan nampak cerdas, ia pun menerimanya dengan senang hati. Namun, kemudian kenyataan berbicara lain. Setelah hamil, ia diceraikan secara sepihak oleh suaminya secara mendadak, yang kemudian membuatnya sulit percaya lagi pada cinta.
Kisah Shedim juga tidak berbeda jauh dengan Qamrah. Cinta Lumeis dan Michelle juga berantakan. Lumeis pernah berhubungan akrab dengan pemuda syiah. Sementara di Saudi, aliran syiah dipandang sebelah mata dan dicurigai. Sedangkan Michelle yang hidup lama di Amerika, sulit menyesuaikan diri dengan nilai tradisi Arab.
Meski disebutkan buku ini sempat dilarang karena berisi hal-hal yang kontroversial, menurut saya buku ini biasa-biasa saja jika dibandingkan buku tentang pengakuan putri Arab yang jauh lebih mencengangkan. Dari buku ini terlihat bahwa wanita Saudi telah diperbolehkan mengenyam pendidikan tinggi dan juga bekerja di ranah publik. Tradisi di beberapa tempat juga semakin longgar karena masuknya budaya dari berbagai bangsa dan juga semakin banyaknya warga yang bepergian ke luar negeri.
Meski disebutkan bahwa isi buku ini menimbulkan gelombang pemikiran reformatif dan revolusioner, nyatanya tidak banyak yang dikemukakan, selain keinginan untuk dihargai oleh suami atau kaum pria lainnya oleh karena pengalaman buruk yang dialami oleh keempat wanita tersebut. Saya juga merasa buku ini lebih menggambarkan sikap hedonis dari keempat wanita tersebut, ya bukan apa-apa karena mereka sendiri menyebut kelompok mereka kaum elit dibandingkan kawan-kawan mereka di kampus.
Detail Buku:
Judul Buku : The Girls of Riyadh
Penuli :Rajaa Alsanea
Penerbit :Ufuk Publishing House, Ufukpress
Rating : 6,5/10