Pemakaman Kucing
Pohon mangga itu saksi bisu kucing-kucing datang dan pergi. Dalam setiap daun-daunnya dan ranting-rantingnya terdapat cerita para kucing yang telah pergi.
Ia hadir sejak tujuh tahun lalu. Sekitar satu tahun berikutnya mangga itu telah tumbuh besar dan penampilannya sudah seperti pohon. Adalah kucing Upik dan ibu si Nero yang hadir menyambutku. Kucing generasi pertama.
Kucing-kucing itu beranak. Anak-anak mereka lahir silih berganti. Ada yang bertahan, ada juga yang menyerah karena fisik yang lemah dan faktor ketidakberuntungan.
Kucing-kucing yang meninggal di tanah kami rata-rata kami semayamkan di sana. Di bawah pohon mangga. Kami bersihkan jenasahnya dan kami doakan sebelum ia beristirahat di tempat peristirahatannya yang terakhir. Damailah kau kucing-kucing.
Beberapa di antaranya membuatku trenyuh. Kepergian Pwan membuatku sedih. Aku merasa lemas ketika menemukan jasad Pwan telah dingin di depan rumah. Ia tertabrak kendaraan.
Kucing-kucing itu memiliki pertalian nasib denganku. Mereka berbagi cerita denganku. Kini mereka membagi kenangan mereka bersama pohon mangga.