Peran Soundtrack dalam Film “Perahu Kertas”
Divisi musik punya peranan dalam film, sama halnya dengan divisi kamera, kostum, make up dan sebagainya. Ia memberikan kontribusi dalam memainkan emosi lewat skoring dan musik yang hadir di dalam film. Ia juga turut membantu mempromosikan film tersebut.
Jika lagunya indah maka pendengar akan penasaran tentang lagu tersebut. Siapa yang membawakannya. Apa pesan di dalamnya dan oh ia menjadi soundtrack film apakah?
Biasanya satu atau beberapa tembang dipilih untuk mempromosikan film. Ia hadir lebih dahulu atau bersamaan dengan peluncuran trailer film tersebut. Untuk “Perahu Kertas”, tembang “Perahu Kertas” dipilih lebih dahulu untuk film bagian pertama. Kemudian tembang berjudul “Tahu Diri” yang mewakili “Perahu Kertas” bagian kedua.
Langkah ini berhasil. Banyak pendengar radio, termasuk aku, yang tergelitik mendengarkan lagu dan menyimak liriknya. Gara-gara lagu itu juga, aku penasaran untuk mengetahui filmnya.
Dewi Lestari sebagai penulis novel film ini adalah juga penyanyi dan musisi. Ia jeli memilihkan kata-kata dan nadanya sehingga pesan dalam film tersebut tersampaikan dengan irama yang menggugah. Tembang “Tahu Diri” dan “Perahu Kertas” adalah karyanya.
Memang “Perahu Kertas” memiliki sisi minus dengan panjangnya durasi. Bagian kedua dari film ini terasa datarnya. Kisahnya juga masih berkulik dengan cinta segiempat antara Kugy, Remi, Luhde, dan Keenan yang sebenarnya bisa diselesaikan hanya dalam satu film.
Juaranya di film ini selain sinematografinya yang memanjakan mata, juga tembang-tembang yang mengisinya. Tembang tersebut pas. Tidak begitu banyak dan tidak juga terlalu sedikit muncul dalam film. Jika tembang terlalu sering muncul juga bakal terlalu ramai dan mengacaukan konsentrasi penonton.
Tembang yang muncul mengiringi sebuah adegan akan mampu mempertebal suasana yang ingin ditonjolkan. Apakah si pelaku utama sedang sedih, gelisah, atau marah.
Nah dari delapan soundtrack “Perahu Kertas”, yaitu “Tahu Diri”, “How Could You”, “Perahu Kertas”, “2 Manusia”, “A New World”, “Langit Amat indah”, “Cinta yang Tak Mungkin”, dan “Behind The Star”, mana favoritmu?
Sumber gambar: kapanlagi dan Tribun