Rehat
Jumat malam itu menyenangkan. Sabtu malam juga malam yang ceria. Sedangkan hari Minggu malam bikin was-was, ada perasaan tak nyaman karena keesokan harinya kembali bekerja. Oh jangan mengeluh, aku masih punya pekerjaan. Itu adalah hal yang patut kusyukuri saat ini, aku harus merasa senang.
Kutika ku lelah, ku memikirkan untuk tak bekerja sama sekali. Sepertinya menyenangkan, hanya melakukan hobi. Bisa bangun sesuka hati. Makan sekali-kali atau tiap kali dan tak harus rebutan mandi pagi-pagi.
Aku pernah merasai tak bekerja sama sekali. Ketika rehat dan sedang mencari pekerjaan baru yang kuharap lebih baik. Kenapa tak mencari pekerjaan saat bekerja, agar tak menganggur sama sekali?
Memangnya bisa?
Saat itu tidak bisa mencari pekerjaan sambil bekerja, sehingga aku memilih untuk undur diri. Oh senangnya, setelah kurang tidur berhari-hari, aku bisa tidur dengan nyenyaknya, santai. Aku bisa bangun pagi dan kemudian tidur siang harinya. Aku bisa membaca sepuas hati.
Seminggu berlalu aku merasa hepi
Dua minggu aku pergi ke sana ke sini, bertemu kawan dan tempat yang jarang kusinggahi
Sebulan berlalu, aku memeriksa lowongan pekerjaan lagi.
Dua bulan berlalu dan aku pun menyebar lowongan pekerjaan semakin banyak lagi.
Tiga bulan berlalu, aku mulai ciut. Duh apakah tak ada perusahaan yang tertarik denganku.
Tiga bulan beberapa minggu, ada tes kesehatan dan wawancara direktur, aku lulus
Eh aku merasa lega. Walaupun kemudian masuk barak dua minggu, aku tak lagi lesu.
Rupanya tak enak menganggur berlarut-larut.
Tak dinyana ada perusahaan idaman memasukkanku
ke daftar mereka yang masuk tahap berikut.
Ingin tak jujur dan bilang sakit perut, untuk tes ini itu.
Apa daya tes berikut di kota ratusan kilometer, mimpiku pun pupus
Kini aku melamun. Coba kalau dulu aku ambil kesempatan itu, mungkin berbeda nasibku.
Andaikata ada mesin waktu aku ingin mengulanginya dan menciptakan percabangan waktu
Aku mengantuk dan ceritaku makin ambigu.
Sebaiknya cerita kututup dan aku tidur
Gambar: pixabay