Pedagang Itu Kembali Dilarang Masuk
Aku tak mendengar lagi pedagang ikan itu berteriak menawarkan dagangannya. Sepi, kembali sepi. Aku merasa ada sesuatu. Dan rupanya para pedagang kembali dilarang masuk. Kompleks mungil kami kembali tertutup. Kami terisolasi lagi.
Mereka mendapat kesempatan itu hanya tiga hari. Tanpa informasi aku kembali mendengar bunyi penanda penjual roti hadir. Kemudian muncul teriakan khas pedagang ikan, lalu pedagang ayam ungkep, dan pedagang sayur. Aku terkejut, sekaligus senang.
Ini berarti aku tak harus jauh-jauh ke pos satpam mengambil paket. Aku juga bakal jadi tak sering-sering ke pasar atau lapak sayuran yang agak jauh dari rumah. Jika aku malas memasak, aku bisa membeli sate ayam ataupun nasi goreng yang lewat depan rumah.
Lalu ada warga yang protes karena tidak meminta dulu persetujuan. Sebagian masih was-was dengan ‘orang luar’. Sebagian sudah merasa sudah sepatutnya mulai kembali hidup ‘normal’ dengan tetap menjaga kesehatan, tetap bermasker dan cuci tangan.
Tapi sebuah peristiwa kemudian memberikan keberpihakan ke mereka yang protes.
Itu karena ada rombongan SPG yang tiba-tiba datang menawarkan paket langganan internet dan TV kabel. Mereka rupanya sigap mengetahui lingkungan kami sudah terbuka untuk umum. Atau mungkin ada warga yang bekerja di perusahaan tersebut dan memberitahukan ke perusahaannya.
Entah kenapa rasanya tidak nyaman. Lingkungan yang awalnya sepi lalu ramai oleh orang-orang tak dikenal menawarkan layanan. Kalau pedagang, biasanya itu-itu saja, bahkan beberapa di antaranya sudah kami kenal. Untung aku sedang tidak di halaman. Ada beberapa tetangga yang disapa oleh mereka dan dibujuk mereka.
Ya, ada orang-orang sepertiku yang tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Terlalu banyak orangnya dan sistem penawarannya bikin tidak nyaman.
Tapi aku senang dengan kehadiran pedagang, mereka yang mendorong gerobak barang bekas, tukang sol sepatu, dan lainnya. Kami sama-sama diuntungkan. Sayangnya gara-gara ‘rombongan’ tersebut, akhirnya pedagang dan lainnya terkena imbasnya.
Hanya tiga hari. Kini semua akses kembali hanya satu pintu. Pedagang dan lainnya kembali dilarang masuk. Aku manyun belum kesampaian beli angsle dari pedagang yang usianya sudah tua.
Alhasil ambil paket kembali ke pos satpam. Sisi positifnya aku tak lagi jajan makanan daring dan lebih sering masak sendiri. Sisi minusnya, aku sering beli makanan kaleng untuk kucing jadinya malah tidak hemat. Kardus bekas dan botol-botol yang biasanya kusisihkan untuk diambil pemulung kini dicampur-aduk oleh petugas sampah meskipun sudah kupilah-pilah.
Hemmm semoga pandemi segera berlalu.
Kasihan pedagang kecil seperti mereka omzetnya menurun.
Iya kasihan