Peduli Hutan? Ikut Aksi Adopsi Hutan Yuk
Ah senangnya pemandangan yang hijau menyegarkan mata. Paru-paruku juga bergembira karena merasakan udara yang bersih dan segar. Aku menghirup hawa segar dengan penuh suka cita. Setelah dua setengah jam perjalanan akhirnya aku tiba di hutan wisata ini. Hutan di Gunung Bunder yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Pepohonan pinus yang tinggi menjulang seolah-olah menyapa para wisatawan. Hawa yang segar, alam yang asri dan curug-curug yang terdapat di dalam area Gunung Bunder ini memang mengundang daya tarik pengunjung yang menyukai wisata alam.
Aku berjalan sambil berjingkat. Andaikata tak ada pengunjung lainnya, mungkin aku akan berjalan sambil menari seperti sosok Aurora atau Snow White. Aku menikmati suasana hutan ini. Anginnya yang sepoi-sepoi, hawa segaranya, pemandangan hijaunya. Aku tak tergesa-gesa untuk tiba di spot air terjunnya.
Entah sejak kapan aku menjadi pemburu curug alias air terjun dan hutan wisata. Beberapa tempat telah kujelajahi dari beragam curug di Malang dan sekitarnya, Kebun Raya Purwodadi, Hutan Pinus Yogyakarta, Taman Nasional Baluran, hutan wisata di Palembang, hingga Taman Nasional di Tarakan dan hutan gambut di Kalimantan.

Hutan Pinus di Yogyakarta
Hutan memang indah dan punya sejuta pesona. Di balik rimbunya pepohonan, ada keindahan, dari panorama air terjunnya yang menawan seperti di Gunung Bunder, hawanya yang segar, serta satwa dan vegetasinya yang khas, seperti di Taman Nasional Baluran yang bak di Afrika dengan sabananya.
Ya setiap hutan memiliki keindahan dan ciri tersendiri. Ia tak sekedar rumah pepohonan, ia juga rumah bagi para satwa, pengontrol iklim, tempat resapan, juga tempat warga sekitar mencari mata pencaharian untuk jenis-jenis hutan tertentu.
Ketika aku menyusuri hutan bakau di Sungai Belanda Bontang Kuala yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kutai, aku menemui sejumlah satwa seperti burung dan semacam reptil yang masih kecil. Kata nelayan yang mengantar di situ juga ada beragam serangga, reptil, kera, juga ikan dan udang. Warga kampung air yang tinggal tak jauh dari Sungai Belanda juga memanfaatkan hutan bakau ini sebagai mata pencaharian. Ini membuktikan betapa banyak manfaat hutan bagi flora, fauna, dan juga manusia. Sungai Belanda ini mengingatkanku pada Dermaga Mangrove di Baluran yang juga tentang bakau dan punya banyak kera.

Sungai Belanda di Bontang

Dermaga Mangrove di Baluran
Pembangunan menyebabkan hutan di Indonesia banyak berubah fungsi. Ia berubah menjadi lahan perkebunan dan tempat tinggal manusia. Ada baiknya jika ke depan, hutan tetap dijaga kelestariannya dengan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Jika hutan menghilang maka yang bakal rugi juga manusia sendiri karena hutan menyimpan sumber daya alam yang tak ternilai. Ia juga memiliki banyak fungsi yang tak tergantikan.
Ah aku jadi ingat sensasi itu, ketika berada di tengah-tengah hutan di dekat pantai di Ujung Genteng, Sukabumi. Aku lupa namanya. Menyusuri hutan tersebut bersama kawan-kawan begitu menyenangkan, aku jadi merasa seperti Ronya, tokoh fiksi rekaan Astrid Lindgren, yang gemar menjelajahi hutan.
Ketika menjumpai bagian di Kebun Raya Purwodadi yang dipenuhi pepohonan tinggi aku terpukau. Rasanya seperti aku adalah seorang Hobbit yang sedang memasuki hutan Fangorn di Middle Earth rekaan JRR Tolkien.

Taman Nasional Baluran dengan sabananya
Aku berharap hutan tetap lestari. Karenanya aku mendukung penuh aksi Adopsi Hutan yang diadakan oleh Kementerian Kehutanan juga LSM dan organisasi seperti Hutan Itu Indonesia. Aksi ini juga selaras dengan peringatan Hari Hutan Indonesia yang dicanangkan mulai tahun ini.
Tiap 7 Agustus diperingati sebagai Hari Hutan Indonesia. Tahun ini adalah peringatan pertamanya. Maka dari itu bulan ini momen yang pas untuk sosialisasi aksi adopsi hutan.
Apa itu program adopsi hutan?
Secara umum adopsi hutan berarti turut bagian memelihara hutan, misalnya dengan menanam satu pohon di hutan atau menjadi orang tua asuh dari pohon di hutan. Program ini rupanya sudah ada sejak tahun 2007 di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kemudian berlanjut ke hutan-hutan lainnya. Tujuannya salah satunya untuk mewujudkan revitalisasi hutan.
Tahun ini program adopsi hutan semakin digalakkan dan ruang lingkupnya diperluas agar program ini bisa semakin banyak memberikan manfaat. Inisiatifnya juga bisa dari masyarakat dan juga organisasi, sehingga tugas menjaga hutan bukan hanya pemerintah melainkan juga partisipasi aktif dari tiap elemen masyarakat.
Hutan Itu Indonesia bekerja sama dengan Kitabisa juga ikut ambil bagian dalam program adopsi hutan. Penggalangan dana ini bisa diikuti siapapun dengan nominal mulai dari Rp 10 ribu.
Nantinya dana yang ada akan diserahkan ke komunitas setempat yang selama ini aktif menjaga 10 hutan dari Sumatera hingga Nusa Tenggara. Dana tersebut akan digunakan untuk mengawasi hutan, memberikan bantuan pendidikan dan kesehatan ke masyarakat yang hidup di sekitar hutan.

KIni makin banyak wisata hutan pinus

Kawasan Konservasi Tarakan adalah rumah bekantan
Dari sini maka akan tampak bahwa program adopsi hutan akan membantu dan mendukung hutan memberikan fungsi ekologis dan meningkatkan daya ekonomi masyarakat sekitar. Untuk mewujudkannya maka tentunya perlu partisipasi aktif banyak pihak, termasuk generasi muda.
Tahun ini tema peringatan adalah ‘Hutan Kita Juara’ yang mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah negara yang dulunya memiliki hutan yang sangat luas dan beragam. Ah aku jadi ingat sebuah iklan layanan masyarakat pada waktu aku masih kecil. Hutan Indonesia begitu nampak eksotis dan benar-benar menjadi rumah bagi para satwa dan beragam tanaman di video tersebut. Moga-moga kondisi hutan di Indonesia berangsur-angsur kembali seperti dulu karena nantinya yang menikmati hasilnya adalah manusia juga.
Yuk sukseskan program adopsi hutan. Dengan ikut program adopsi hutan, Kamu turut menjaga agar hutan tetap lestari.
Foto-foto: dokumen pribadi