Covid-19, Rapid Test, dan PCR Test
Jalanan rumahku setiap pagi, siang, dan malam terasa sepi. Hanya sore hari kadang-kadang terlihat anak-anak tetangga bermain atau mereka yang masih harus bekerja di kantor. Suasana ini telah berlangsung kurang lebih enam bulan. Sungguh terasa perbedaan antara sebelum dan sesudah pandemi Covid-19 hadir.
Tak ada lagi penjual makanan dan mereka yang menawarkan jasa berkeliling dari satu gang ke gang lainnya. Tak ada teriakan “paket” atau makanan pesanan via ojek daring tiba. Sudah enam bulan lingkungan kompleks hanya dibuka satu pintu untuk lebih meminimalkan terjadinya kontak dengan pihak luar.
Pandemi ini sungguh besar dampaknya. Ia tak hanya mengubah cara berperilaku hidup sehat, tapi juga berdampak ke sendi-sendi perekonomian dan kehidupan sehari-hari.
Mereka yang harus bekerja setiap hari ke kantor, membuka usahanya seperti toko, kedai, jasa pengiriman, atau mereka yang bekerja berkeliling adalah mereka yang berisiko tinggi. Begitu juga mereka yang baru bepergian ke zona merah, baik dari dalam maupun luar negeri.
Kakak yang sedang melanjutkan studi di luar negeri merasa lebih aman untuk belajar di dalam negeri. Tinggal penulisan jurnal dan disertasi yang harus diselesaikannya, ia pun memilih kembali ke Malang.
Perjalanan dari Austria menuju Malang pada akhir Mei silam terasa begitu panjang dan melelahkannya. Ia pernah ditolak sebagai penumpang karena ia berasal dari Indonesia, padahal ketika pandemi mulai terjadi ia hanya tinggal di Austria. Apesnya penolakannya terjadi ketika ia sudah tiba di bandara dan sedang check in. Alhasil ia pun mencoba mencari maskapai lainnya yang mau menerimanya.
Singkat cerita ia pun bisa berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ia harus menjalani PCR swab test atau yang biasa disebut PCR test. Ia kemudian harus menunggu hasilnya sebelum diperbolehkan ke luar dari tempat karantina menuju kampung halaman.
Baru sekitar hari keempat, hasil PCR test itu diterimanya. Sekitar seminggu ia di perjalanan dan menjalani karantina, akhirnya tibalah ia di kampung halamannya. Karena baru tiba dari luar negeri dan Jakarta, ia pun menjalani karantina mandiri di rumahnya.
Lain lagi dengan cerita pasangan. Tempat ia bekerja benar-benar daerah yang banyak pengidap positif, cluster besar Covid. Karena was-was dan untuk mengetahui lebih dini karyawan yang mengidap maka perusahaan tempat ia bekerja mengadakan rapid test. Hanya sehari, dalam hitungan jam, maka hasilnya sudah bisa diketahui.
Tapi sayangnya tingkat keakuratan jadi bahan perdebatan sesama pegawai. Ada beberapa pegawai yang terkejut dinyatakan positif. Ada pula yang malah tak yakin dirinya negatif.
Ketika bangunan di samping kantornya menjadi cluster baru maka kantornya kembali mengadakan tes, PCR test. Ia mengaku deg-degan melakukannya dan untungnya hasilnya negatif.
Beda Rapid Test dan PCR Test
Dari dua jenis pengujian tersebut sebenarnya yang mana yang perlu dilakukan dan mana yang paling akurat?

Apa beda rapid test dan PCR test (sumber: Halodoc)
Berdasarkan informasi yang kubaca di Halodoc, website dan aplikasi kesehatan yang menurutku komplet dan informasinya terpercaya, ada perbedaan antara rapid test dan PCR test untuk tes apakah seseorang terinfeksi Covid-19. Ada satu lagi tes bernama tes cepat molekul (TCM).
Dari artikel yang ada di Halodoc tersebut tiap-tiap pengujian memiliki metode yang berbeda. Tes cepat molekul menggunakan pemeriksaan molekuler dan sebelumnya digunakan untuk melakukan diagnosa apakah seseorang mengidap TBC. Yang diuji adalah dahak. Hasilnya bisa diketahui sekitar dua jaman.
Rapid test sendiri menggunakan sampel darah. Cara mengujinya dengan mengambil darah untuk mendeteksi imunoglobulin, yaitu antibodi yang terbentuk ketika tubuh mengalami infeksi. Hasilnya cepat, tapi sayangnya keakuratannya kadang-kadang dipertanyakan, karena bisa jadi seseorang yang terinfeksi baru beberapa hari tapi hasilnya negatif.
Yang terakhir adalah Polymerase Chain Reaction (PCR) Test. Juga disebut swab test, yaitu mengambil cairan dari tenggorokan dan hidung karena tempat ini yang biasa menjadi tempat hidup si virus. Virus ini diperiksa RNA-nya. Tes ini memakan waktu karena melalui proses dua kali, ekstraksi dan amplifikasi RNA, tapi hasilnya akurat.
PCR test bisa dilakukan sendiri, tak perlu menunggu dilakukan sampel oleh pemerintah. Caranya bisa datang ke rumah sakit, klinik, dan tempat pemeriksaan yang memiliki fasilitas tersebut.
Jika Kalian merasakan gejala-gejala seperti yang dialami penderita Covid-19, Kalian bisa langsung berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc atau segera melakukan PCR test. Ada lebih dari 160 tempat yang melayani pengujian dengan swab ini.
Jaga kesehatan ya Teman-teman. Untuk saat ini lebih baik rem dulu untuk keinginan kumpul-kumpul dengan teman. Jangan lebih pakai masker, cuci tangan, dan makan bergizi, juga istirahat yang cukup.
Salam sehat!
Gambar cover dari pngtree