Sumpah Pemuda dan Pesan Bijak Jenderal Soedirman.
Di kunjungan Museum Brawijaya sekian tahun lalu aku menjumpai pesan-pesan bijak Jenderal Soedirman. Menurutku wejangan dari sang pahlawan tersebut masih relevan hingga saat ini. Pesan tersebut bisa dibaca dan direnungi lagi pada peringatan Sumpah Pemuda hari ini.
Jenderal Soedirman dalam kondisi sakit saat memberikan komando melakukan perang gerilya masa memertahankan kemerdekaan. Ia terus mengobarkan semangat para pejuang untuk tetap tabah dan berani dalam memertahankan kemerdekaan.
Pada masa sekarang penjajahan bukan dimaknakan secara harfiah. Bukan lagi negara dikuasai dan warganya disiksa secara fisik oleh negara lainnya.
‘Penjajahan’ masa kini bisa dalam rupa kondisi bangsa yang belum ideal, misalnya masih banyak warga yang belum dapat menikmati akses pendidikan dasar, masyarakat yang belum sejahtera, sumber daya alam yang dikuasai segelintir orang, dan juga alam yang dirusak hanya untuk kepentingan pihak tertentu, dan sebagainya.
Perjuangan pemuda dan pemudi dalam konteks yang lebih membumi dan sesuai dengan pesan sumpah pemuda adalah menjaga persatuan bangsa dan menggunakan bahasa Indonesia. Caranya, bisa aktif di kegiatan sosial kemasyarakatan seperti karang taruna, ekstra kurikuler, program mengajar di daerah, atau ikut jambore nasional.
Memberikan aura positif untuk menghargai sesama juga bisa dilakukan. Lihatlah di sekeliling, masih banyak dari kita yang belum beruntung, baik mengenyam pendidikan ataupun mendapatkan kebutuhan pokok dengan layak. Saat ini ada banyak program donasi. Dengan beberapa lembar rupiah kita bisa membantu program seperti membantu program sokola rimba, membantu mereka yang sedang sakit, dan sebagainya.
Dan yang kedua dan tak kalah penting adalah semangat menjaga bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia. Caranya dengan berbicara dan menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai PUEBI, dengan mengurangi pemakaian kata asing dan menggunakan kata serapan.
Pada poin kedua ini aku juga berupaya untuk melakukannya. Ketika aku mulai kembali menjadi editor aku mulai belajar lagi hal-hal sederhana, seperti menggunakan tanda petik dua, ketentuan huruf besar, dan kata-kata serapan yang rupanya belum kuketahui. Ada kata pramusiwi untuk menggantikan kata ‘babysitter’. Daring dan luring untuk ‘online’ dan ‘offline’, juga masih banyak lagi. Ini menarik.
Lalu apa pesan dari Pak Soedirman?
Tentunya tak mudah untuk menjaga marwah sumpah pemuda, misalkan dengan meluruskan hoaks agar tidak ‘perkelahian’ di dunia maya dan dunia nyata. Oleh karena itu Pak Soedirman memberikan suntikan semangat.
“Jangan bimbang menghadapi macam-macam penderitaan, karena makin dekat cita-cita kita tercapai, makin berat penderitaan yang harus kita alami.”
Wejangan berikutnya agar Indonesia selalu satu dan bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pemersatu yaitu menjaga amanah pemuda generasi 1928.
“Janji sudah kita dengungkan, tekat sudah kita tanamkan, semua ini tidak akan bermanfaat apabila janji dan tekat ini tidak Kita amalkan dengan amalan yang nyata.”
Setidaknya mari kita sama-sama belajar dan praktikkan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Juga, perluas cakrawala kita dengan memandang Indonesia dari pulau Sabang hingga Merauke secara holistik.
Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Terima kasih telah berbagi pesan yang menyuntikkan semangat ini, mba Dewi. 😍 Jadi ingin berusaha untuk menanam jiwa pejuang dalam diri. ✊
hehehe, aku juga masih begini-begini saja. Itu tulisannya agak serius, soalnya akhir-akhir ini aku suka menulis yang ringan hahaha.