Kisah Cinta Dilan dan Milea

Dilan dan milea

Cerita cinta Dilan dan Milea sejak tahun 2018 menarik perhatian. Kisah romansa mereka sebenarnya tak jauh berbeda dengan percintaan ala remaja masa SMA. Yang bikin unik adalah karakter Dilan yang tak biasa.

Dilan digambarkan ketua geng motor. Tapi ia tak sangar, ia romantis dan juga punya gaya yang nyentrik.

Celetukan dan gaya berbicara Dilan itu agak janggal. Kadang-kadang juga terasa humor yang hambar dan rayuan murahan. Tapi itulah menariknya Dilan. 

Sedangkan sosok Milea bukan sosok yang unik. Ia banyak ditemui di kisah-kisah cinta remaja lainnya. Gadis cantik dan manis. Tapi tak istimewa. Yang bikin dia menarik karena Dilan jatuh cinta kepadanya. 

Aku mengetahui jalan ceritanya tapi memang membaca bukunya agak-agak gimana. Menurutku malah lebih bagusan cerita dalam filmnya, meski sosok Milea agak tak sesuai ekspektasiku. 

Pidi Baiq si penulis cerita juga cerdik. Ia mengisahkan seolah-olah ini adalah kisah nyata. Tapi juga bisa saja sih. 

Iqbaal Ramadhan memberikan kejutan. Ia mampu menampilkan sosok Dilan yang tengil dan eksentrik. Cara ia merayu Milea itu menarik. Tatapannya, senyum simpulnya itu memang bisa bikin remaja perempuan akan tersipu-sipu malu. Kalau untuk perempuan dewass sih mungkin beda, malah eneq.

Setelah menonton film pertamanya aku kurang tertarik menyaksikan film keduanya karena aku tahu ceritanya tragis. Buku ketiganya yang mengambil sudut padang Dilan kubaca. Dilan tak pandai bercerita tapi tetap gaya bercerita Dilan menarik diikuti. Buku ini diadaptasi ke layar lebar dengan judul “Milea: Suara dari Dilan”.

Film ketiga dari kisah cinta Dilan dan Milea ini sebenarnya cocok bagi mereka yang belum menonton film pertama (“Dilan 1990”) dan film kedua (“Dilan 1991”). Pasalnya, adegan-adegan flashback yang sebelumnya ada di kedua film tersebut ada di dalam film ini dan menyedot sebagian waktu dari film ketiga ini.

Memang sih tidak salah karena di dalam bukunya juga seperti itu. Ada adegan perulangan dengan sedikit tambahan cerita karena menggunakan sudut pandang Dilan.

Dalam film ini titik poinnya adalah ketika akan berlangsung reuni di sekolah mereka. Dilan kemudian teringat akan masa cintanya selama SMA hingga ia berpisah. Lalu ia juga sempat berjumpa dengan Milea dewasa dan calon suaminya yang membuatnya seperti terlempar ke masa-masa silam.

Di sini penonton kemudian diberikan gambaran alasan Dilan mendekati Milea dan bagaimana hubungan ia dengan perempuan sebelumnya yang pada film sebelumnya belum dikulik. Rupanya Dilan memang sempat berkencan dengan perempuan lain sebelum Milea. Tapi ia mengajak geng motornya untuk menemaninya hahaha. 

Bagi yang berharap bakal mendapatkan kisah penutup yang wah bisa jadi kecewa karena adegan perulangannya banyak dan sudut pandangnya tidak jauh berbeda dengan kedua film pendahulunya. Hanya beda sedikit. Tapi bagi penonton yang merupakan penggemar kisah Dilan-Milea dan penggemar Iqbaal dan Vanesha Prescilla maka film ini bak film perpisahan untuk kemudian ‘move on’ ke film romantis lainnya.

Oh ya akting Vanesha di sini makin matang dan luwes dibandingkan ketika awal-awal ia muncul di film Dilan sebelumnya. Untuk film ketiganya sendiri menurutku tidak bagus tapi juga tidak buruk.

Dari ketiga film aku tetap suka film pertamanya. Perkenalan sosok Dilan ke penonton itu menarik. Sosok yang nyentrik dengan gaya merayu yang unik. Tapi ketika kemudian gaya Dilan itu ditiru dan diaplikasikan ke dunia nyata hasilnya malah eneq hehehe.

Gambar dari liputan6

~ oleh dewipuspasari pada November 5, 2020.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: