Kisah Para Pencuri dalam Europe on Screen 2020

EOS kisah para pencuri

Ada tiga film pendek asal Indonesia yang terpilih tayang dalam ajang Europe on Screen 2020. Ketiga film pendek ini adalah pemenang dari Short Film Pitching Project (SFPP) 2019 yang diikuti sekitar 120-an sineas film. Ada satu film yang kutonton hingga tamat yaitu “Kisah Para Pencuri”.



Film “Kisah Para Pencuri” (“A Tale of The Thieves”) besutan dari Erlangga Fauzan menggelitik di bagian awalnya. Dikisahkan ada tiga pria yang melakukan meditasi, lalu kemudian melakukan olah fisik sambil melakukan kegiatan seperti menari. Awalnya kupikir mereka adalah penari.

Lalu mereka merencanakan suatu aksi. Ketiganya adakah komplotan pencuri. Untuk itu mereka memerlukan orang yang ahli make up agar mereka mampu menjalankan aksinya dengan sempurna.

Mereka pun menjemput s make up artist. Ia tak mau ketika diminta mendandani wajah di dalam kendaraan yang sedang melaju. Akhirnya mereka berhenti di rumah kosong. Setelah urusan make up selesai maka mereka berangkat ke tujuan. Ke sebuah tempat pengajian.

Ada anggota mereka yang menyaru sebagai perempuan muslimah. Ia mengenakan jilbab syar’i dan mengenakan cadar sehingga tak ketahuan di balik itu adalah sosok pria.

Tapi rupanya ada juga sosok pria di balik cadar, gamis, dan jilbab panjang itu. Siapakah dia dan bagaimana nasih si pencuri dan si misterius tersebut?

Di awal ceritanya sungguh menarik tentang bagaimana si pencuri pun melakukan meditasi dan olah fisik agar lincah saat beraksi. Demikian pula dengan cara mereka melakukan aksi dengan berpura-pura sebagai muslimah. Cukup hanya dengan cadar dan baju syar’i maka tak akan ada yang curiga dengan sosok aslinya. Hal ini sepertinya terinspirasi dari kisah nyata di sekitar kita, banyak yang memanfaatkan cadar untuk menyaru, seperti kejadian napi pria yang hampir lolos dari penjara karena menyamar dengan jilbab dan cadar.

Isu-isu sosial lainnya juga dilontarkan di sini seperti isu para waria yang ingin diterima sebagai muslimah dan bisa mengikuti pengajian. Sayangnya konklusi ceritanya kurang jelas, di awal ceritanya A, kemudian ada bumbu B, lalu setelahnya menjadi hal lain yang jadi melemahkan premis di awal.

Selain kisah tentang pencuri, ada lagi kisah tentang penemuan bom di halaman dan tentang mengantar mayat dalam film masing-masing berjudul “Forget the Bomb in our Backyard, We’re Fine!” (karya Lerryant Krisdy G.B.) dan “Along The Road” alias “Nebeng” (karya M. Faisal Hidayatullah).

Gambar dari Europe on Screen 2020

~ oleh dewipuspasari pada November 27, 2020.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: