Liputan dari Kampung ke Kampung

Kampung di surabaya
Ada beberapa momen ketika masih aktif liputan di lapangan yang berkesan. Memang ada banyak hal yang kutemui selama ngepos di rumah sakit, tapi tak sedikit pula momen menarik ketika melakukan liputan dari kampung ke kampung.

Namanya program Green and Clean. Apabila Kalian tinggal di Surabaya mungkin dulu tak asing dengan program ini. Juga sempat ada dulu lomba menghias gapura antar kampung.

Tujuan program ini adalah menciptakan kampung-kampung bersih nan asri. Hadiahnya besar, sehingga mendorong warga untuk unjuk gigi membuktikan diri sebagai kampung terbersih.

Ada banyak kampung yang kujelajahi, sendiri atau berdua bersama kawan. Ada kampung yang begitu hijau dan bersih, eh ternyata lokasinya berdekatan dengan jalan eks lokalisasi Dolly. Sungguh pemandangan yang bagiku kontras, di sini tempat yang hijau bersih memberi aura positif, dan tak jauh dari situ adalah tempat bisnis yang mengandung unsur negatif.

Lalu ada sekumpulan warga dari beberapa kampung yang tengah mengadakan kerja bakti bersama. Lokasinya ada di belakang Plaza Tunjungan. Aku baru tahu di situ ada kampung-kampung.

Begitu ramai warga yang kerja bakti. Kehadiranku disambut, karena aku orang asing di situ dan karena aku memang perlu memotret aksi mereka. Aku jadi malu.

Lalu oleh aparat desa itu aku diajak sarapan di sebuah rumah warga yang sederhana. Ada nenek yang sedang menyiapkan piring-piring. Aku pun diberinya seporsi makanan. Rupanya nasi rawon.

Aku makan di sana seperti tengah bermimpi. Tak ada yang kukenal, semuanya orang asing. Tapi mereka semua orang baik dan aura mereka positif.

Nenek itu pembuat rawon yang begitu nikmat. Dagingnya empuk dan meresap. Enak sekali, aku menghabiskannya dengan penuh suka cita.

Aku kembali menjelajahi dari kampung ke kampung. Saat-saat itulah membuatku merasa pengetahuanku tentang Surabaya meski tinggal di saana sudah bertahun-tahun, terasa minim.

Setiap kali mengadakan liputan di kampung, sambutan hangat kudapatkan. Padahal aku juga aslinya pemalu, sehingga kadang-kadang tak merasa cukup pantas untuk mendapatkan banyak perhatian.

Banyak warga Surabaya yang begitu guyup. Pagi-pagi bangun untuk bersih-bersih kampung. Mereka bahu-membahu menciptakan kampung bersih dan sejuk. Toh kalau tak dapat hadiah, warga kampung juga makin guyup dan hawa jadi sejuk.

Dari sebuah kampung di sekitaran Wonokromo, aku menjumpai perajin gitar. Di dinding-dinding kampung tersebut berhiaskan mural yang indah. Mereka juga memiliki sebuah festival, aku lupa namanya, menunjukkan kedekatan warga desa dengan sungai.

Pernahkah Kamu melihat pilkada dengan doorprize ataupun makan prasmanan ala kondangan. Aku menjumpainya. Membuatku tergelak-gelak melihat upaya warga agar warga bersedia ke luar rumah dan mengikuti pilkada.

Sebuah rumah warga dihias ala-ala pesta kondangan. Di ujung ada meja prasmanan dengan berbagai makanan mengundang selera. Tak ada yang menikah ataupun khitan, ini adalah definisi pilkada sebagai pesta rakyat, makanan dan dekorasi disumbang oleh warga secara mandiri dan sukarela. Hahaha sungguh menarik.

Petualanganku dari kampung ke kampung membawaku ke daerah-daerah yang dulu tak pernah kusinggahi. Aku sampai pulang dengan rakit alias gethek, baru kali itu aku merasainya menyeberang sungai di Surabaya.

Lalu aku bingung dan hilang orientasi. Ini di Surabaya mana? Untunglah ada ibu-ibu baik hati yang menunjukkanku angkutan umum untuk ke pusat kota.

Liputan dari kampung ke kampung. Sudah sekian tahun lalu. Setiap kali teringat, terbayang rawon dan sejuta senyum.

Gambar dari IDN Times/Annisa

~ oleh dewipuspasari pada Januari 19, 2021.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: