Tentang Attack on Titan (Lagi)
Di Twitter hari ini bertebaran spoiler manga “Attack on Titan” chapter 139. Bab penutup dari manga karya Hajime Isayama. Penutupnya bitter sweet untuk hubungan Eren dan Mikasa, tapi happy ending secara keseluruhannya.
Manga “Attack on Titan” dirilis sejak 9 September 2009. Ini berarti pembaca manga ini memerlukan waktu 12 tahun hingga kisahnya tamat. Aku sendiri baru mulai mengikuti ceritanya setelah ada versi animenya, sekitar tahun 2014.
Sejak menonton episode awalnya, aku merasa cerita “Attack on Titan” (AoT) banyak mendapat pengaruh dari “Game of Thrones”, dari manusia pertama yang jadi titan, tembok, para skuadnya, dan karakter tokohnya, juga penutup kisahnya. Dari wawancara yang aku lupa sumbernya, Hajime memang mengagumi “Game of Thrones” (GoT). Meski demikian, secara keseluruhan ceritanya berbeda dan tetap mengundang rasa penasaran.
Wall Maria, Rose, dan Sina di sini mengingatkan pada The Wall yang dijaga oleh night’s watch yang begitu panjang dan tinggi, panjang dan tingginya sekitar 482 dan 213 kilometer. Benteng dari es dan sihir tersebut menjaga manusia dari serangan white walker dan wight, yang di AoT adalah titan. Di AoT, ada ratusan ribu titan yang tersimpan di dalam benteng. Mereka memiliki kemampuan untuk mengeraskan tubuh. Mereka inaktif dan baru bangkit bila diperintahkan oleh founding titan.
Disebutkan dalam buku GoT, ada manusia pertama yang menjadi white walker. Ia punya kemampuan mengubah bayi menjadi seorang white walker dengan ritual khusus. Tapi manusia biasa bila diserang white walker atau wight hanya bisa berubah menjadi wight, seperti mayat hidup.
Di AoT, Zeke memiliki kemampuan mengubah manusia Eldia menjadi titan asal minum cairan spinalnya dan mendengar teriakannya. Manusia yang dibunuh titan tetap tewas.
Sedangkan skuad yang dipimpin oleh Levi mengingatkan pada night’s watch yang bertugas mengawasi benteng dan melakukan patroli untuk menjaga manusia dari white walker dan wight. Mereka juga was-was dengan wildling, manusia yang hidup bebas di alam liar.
Sosok Eren mirip Daenerys yang penuh semangat dan berharap semua manusia hidup merdeka. Ketika ia kemudian menyalahi kode etiknya tak menyerang sembarangan, maka mengingatkan sosok Daenerys yang berupaya menghancurkan keseluruhan King’s Landing beserta penghuninya dengan naganya.
Kemampuan Eren melihat masa lampau dan memengaruhinya ini juga membuatku teringat pada kekuatan Bran Stark. Tapi untungnya kekuatan Eren ini kemudian ‘terlupakan’ karena penutupnya akan sangat berbeda bila si penulis terpaku pada kekuatan ini.
Bila GoT punya Samwell yang kikuk namun pintar, di AoT untungnya ada Armyn yang cerdas dan kemudian juga ikut berani melawan Eren. Levy sendiri sebagai sosok yang cerdik dan kuat mengingatkan pada kombinasi karakter Tyrion dan The Hound.
Bagaimana dengan Mikasa? Menurutku karakternya perpaduan antara Jon Snow dan Arya Stark. Ia kalem seperti Jon tapi juga kuat dan tangkas bertarung seperti Arya.
Kesannya jadi membandingkan GoT dan AoT hehehe, nggak juga sih, hanya nuansanya saja yang mirip, keseluruhannya beda. Dua-duanya sama-sama bagus dan aku senang bisa mengikutinya selama ini. Konflik, konspirasi, dan misteri dalam cerita AoT, aku menikmatinya. Aku juga mengoleksi buku pra event di AoT yaitu “Before The Fall”.
Tinggal menunggu animenya tamat nih, entah tahun ini atau tahun depan. Apakah penutup animenya bakal sama atau berbeda dengan kisah dalam manganya? Entahlah, kita tunggu saja.
Gambar: Wit Studio