“She-Hulk: Attorney at Law” yang Kurang Menjanjikan di Episode Awal
Episode pertama “She-Hulk: Attorney at Law” sudah tayang sejak tanggal 18 Agustus lalu. Ada pro kontra terhadap episode tersebut, banyak yang memuji, namun tak sedikit yang mencela
Unsur celaan terbanyak pada kualitas CGI-nya.Kualitas CGI-nya memang terasa kurang apabila dibandingkan dengan kualitas CGI film-film Marvel pada umumnya. Kayak CGI bujet pas-pasan sehingga tampilan She-Hulk nampak kurang menyakinkan. Malah banyak yang mengolok-oloknya seperti Shrek dan Fiona untuk Hulk dan She-Hulk.
Jalan ceritanya juga tak kurang dikritik. Kebanyakan mengritik si penulisnya malas karena jalan cerita dan dialognya terkesan begitu dipaksakan. Dikisahkan Hulk dan Jennifer adalah sepasang sepupu. Saat keduanya berlibur, mobil mereka selip karena Jen menghindari pesawat milik Sakaaran. Keduanya terluka. Luka sepupunya terkontaminasi darah Hulk sehingga ia pun berubah.
Hulk kemudian mengajari sepupunya mengendalikan amarah dan kekuatannya. Keduanya pun berlatih bersama di kediaman Hulk di Meksiko. Namun Jen yang tak menginginkan kekuatan, ingin kembali bekerja sebagai pengacara. Apakah ia mampu kembali ke kehidupannya semula?
Berbeda dengan Hulk, karakter She-Hulk digambarkan terlalu sempurna. Ia digambarkan begitu mudah mengendalikan kekuatannya, tidak seperti Hulk yang perlu bertahun-tahun untuk belajar tentang tubuhnya dan mengendalikan kekuatannya. Gambaran begitu sempurnanya She-Hulk malah membuat terasa kurang riil dan dipaksakan.
Demikian juga dengan dialognya. Ketika Hulk bertanya tentang kemarahannya, Jen berkata ia sudah sering menahan marah ketika ia dipanggil (catcallling) di jalan atau bertemu dengan pria tak kompeten berbicara tentang areanya. Dialognya gimana gitu ketika mendengarnya.
Ya semoga episode berikutnya lebih baik karena direncanakan ada sembilan episode untuk She-Hulk. Harapannya Hulk juga tidak selemah dan senaif seperti saat ini. Masih lebih bagus karakter Hulk ketika baru bergabung dengan Avengers.
Gambar Marvel/Disney