Yuk Kita Dukung Keberkelanjutan Lingkungan Agar Alam Lestari
Tahun 2017 adalah salah satu tahun yang berkesan. Pada tahun ini aku terpilih menjadi satu di antara Kompasianer yang mengikuti Danone Blogger Academy angkatan pertama. Selama beberapa hari kami mendapat asupan materi yang padat. Kini lima tahun kemudian, kami berkumpul kembali bersama angkatan di bawah kami lewat program Danone Community Engagement Day 2022 dengan tajuk “Kelas Intensif Membuat Konten (KIAT).
Setiap tahun kami memang dipertemukan kembali, untuk mendapat asupan materi baru, mengasah kemampuan membuat konten, sekalian berkenalan dengan angkatan berikutnya. Hingga saat ini Danone telah melahirkan empat angkatan, DBA 1, DBA 2, DBA 3, dan Danone Digital Academy (DDA) 21. Tahun ini mungkin bakal ada lagi akademi Danone.
Yang menyenangkan dari acara Danone Community Engagement Day, selain merupakan ajang reuni, nambah wawasan, juga sebagai wadah refreshing. Ada kuis dan lainnya yang menyenangkan.
Nah dalam KIAT ini temanya adalah “Mengenal Penerapan Bisnis Berkelanjutan untuk Indonesia Lestari”. Ada tiga narasumber yakni Agriculture Manager Danone Indonesia Budi Rahardjo, Downstream Packaging Manager Danone Indonesia Annie Wahyuni, dan Content Creator Gerald Vincent.
Isu keberlanjutan merupakan hal yang penting karena alam tetap lestari atau tidaknya bergantung pada bagaimana manusia mengelolanya. Danone Indonesia sendiri berkomitmen dalam menjalankan bisnis yang selaras dengan lingkungan dan sosial, mendukung target Sustainable Development Goals dan target pemerintah sesuai dengan aspek keberlanjutan.
Oleh karenanya Corporate Communication Director Danone Indonesia menegaskan, “… Untuk itu kami berupaya untuk mengedukasi masyarakat melalui pesan dan konten yang membahas mengenai keberlanjutan lingkungan dan sosial melalui para content creator.. “
Peran content creator pada era digital ini sangat besar dalam menyebarkan informasi. Oleh karena itu diharapkan peserta KIAT nantinya dapat menghasilkan konten yang informatif dan menarik sehingga dapat membantu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menerapkan hidup berkelanjutan dalam bisnis dan juga kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Budi Rahardjo, Agriculture Manager Danone Indonesia memaparkan pertanian berkelanjutan (regenerative agriculture). Di Awal Budi memberikan fakta bahwa 30 persen lahan pertanian telah rusak, 80 persen deforestasi untuk pertanian, 70 persen air tanah digunakan, 24 persen emosi karbon, dan 70 persen sumber pangan manusia hanya dari lima jenis hewan seperti ayam, ikan, sapi, kambing, dan babi serta 12 jenis tanaman.
Pertanian konvensional lebih banyak mengeksploitasi tanah. Oleh karenanya kemudian muncul program regenerative agriculture alias pertanian berkelanjutan.
Ada lima prinsip di dalamnya. Yang pertama adalah minim olah lahan. Kemudian ada konservasi tanah, perlindungan air, peningkatan biodiversitas, dan keterpaduan pertanian dan peternakan.
“… Melalui penerapan pertanian berkelanjutan tersebut kita dapat melakukan transformasi dan menjaga food system atau rantai makanan dengan baik, sehingga angka kelaparan tersebut dan akses nutrisi bagi masyarakat luas dapat terpenuhi… “, tekan Budi Rahardjo.
Ia kemudian mencontohkan kegiatan keberlangsungan sehari-hari, seperti mengolah kompos dan membuat sumur serapan.
Keberlangsungan alam juga didukung dengan pengelolaan sampah agar tak merusak alam. Tantangannya saat ini adalah layanan pengelolaan sampah masih terbatas.
Menurut Annie Wahyuni, Downstream Packaging Manager Danone Indonesia, aspek kemasan yang ramah lingkungan dan aman bagi konsumen juga penting, untuk melindungi manfaat gizi dan menjaga kualitas. “Danone bekerja untuk mendukung pergeseran sistemik dari linear ke ekonomi sirkular untuk kemasannya. Danone juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menciptakan ekonomi sirkular melalui gerakan #BijakBerplastik yang dijalankan sejak 2018,” jelas Annie.
Saat ini Danone telah memiliki enam recycling business unit yakni di antaranya Bandung, Bali, Lombok, dan Tangerang Selatan.
Terakhir giliran Gerald Vincent, content creator yang aktif di Instagram dan Tik Tok memberikan kiat menghasilkan konten yang viral. Ia bercerita saat ini ia telah memiliki jutaan follower di Tik Tok tapi semuanya tak didapat secara instan.
Ia di awal memulai sebagai content creator pernah sehari membuat enam konten. Ia juga mencoba-coba membuat konten dari berbagai tema. Hingga, ia menemukan tema yang disukai netizen.
Lantas seperti apa konten yang disukai netizen?
“Konten yang baik dan digemari oleh masyarakat adalah konten yang memiliki nilai di kalangan audiens, ” ujarnya.
Konten yang bernilai sebaiknya juga merupakan konten yang positif. Konten tersebut informatif, memberikan self improvement, membuat kita merenung atau berpikir, atau juga bisa sesuatu yang menghibur dan menyenangkan.
Untuk bikin konten yang menarik tentunya perlu ide, tujuan, nilai dari konten, passion, kepercayaan diri, dan mau belajar.
Cara jadi viral itu 50 persen algoritma dan 50 persen konten. Algoritma selalu berubah sehingga tak perlu pusing memikirkan. Yang terpenting fokus di konten, dari cara penulisan, visual yang menarik, konsep yang unik, dan konten yang dibuat dengan cinta dan passion.
Isu seputar keberlanjutan lingkungan dan masyarakat ini baginya topik yang penting. Topik ini memiliki nilai yang tinggi untuk dibagikan, tambahnya.
Acara ditutup dengan kuis dan juga pengumuman hadiah tantangan membuat video reels tentang penerapan keberlanjutan sehari-hari. Wah seru materinya dan bergizi ilmunya.