Putu dan Kelepon
Belakangan ini aku sering mendengar penjual kue putu. Bunyinya khas, seperti suara air yang mendidih ketika dimasak di ceret. Berbeda dengan dulu yang dagangannya dipikul, kini si penjual menggunakan gerobak.
Aku memanggilnya suatu kali. Aku merasa lapar tapi enggan untuk makan.
Harga empat buah kelepon dan empat buah kue putu adalah sepuluh ribu rupiah. Naik sih. Dulu seribuan.
Putunya dimasak saat itu juga. Ia mengeluarkan adonaan berwarna hijau perpaduan antara tepung beras, kelapa parut, dan aroma pandan yang segar dan harum. Lalu ia masukkan ke cetakan dan ditambahkannya gula merah di dalamnya.
Tak lama kue putu itu matang. Wah aromanya benar-benar wangi menggoda.
Ia sajikan di atas bungkus cokelat yang dipincuk. Lalu diberinya topping parutan kelapa muda.
Wah aku langsung lapar dan ingin menyantapnya. Putunya gurih, harum, dan ada unsur manisnya.
Eh kok keleponnya dingin ya. Nggak dihangatkan dulu.