Kaset-kaset Tua di Loteng
Saat kelas dua SMP, aku menemukan ‘harta karun’ di loteng rumah. Aku menemukan berkardus-kardus kaset koleksi ayah. Aku melonjak gembira, aku ingin mendengar semuanya.
Mungkin itu masa-masa dimana aku benar-benar jadi mania musik. Aku begitu antusias dan penasaran dengan semua musik. Aku ingin mendengar semuanya.
Di luar kegiatan sekolah, kegiatan remaja masjid dan karang taruna, juga acara main-main dengan teman sekolah, bagian terbaik pada masa itu adalah menonton acara musik, mendengarkan radio, dan mendengarkan satu demi satu kaset milik ayah.
Kaset-kaset itu sudah dimiliki ayah sejak ia masih muda. Melihat keantusiasanku terhadap musik, aku tahu darimana aku mendapatkannya.
Aku tak paham bagaimana ayah yang berasal dari kota kecil di Jawa Barat tahu banyak soal musik. Padahal pada jamannya tak ada internet, media cetak juga tak sebanyak pada eraku, toko kaset juga mungkin bisa dihitung.
Andaikata ayah masih hidup, aku ingin bertanya hal tersebut kepadanya. Dari mana ia tahu begitu banyak genre musik. Apa ia juga sepertiku, suka mengeksplosi musik. Ambil saja satu kaset secara acak dan dengarkan.
Tak semua kaset itu bisa berfungsi dengan baik. Banyak yang pitanya sudah kotor atau enggan bergerak.
Dulu aku rajin membersihkan satu demi satu kaset tersebut. Kulap wadahnya lalu kaset itu kutaruh di dalam kulkas semalaman. Entah aku lupa darimana tips tersebut, tapi sering berhasil.
Dulu aku mendengarnya dengan tape compo. Aku tak bisa memilih salah satu lagu, harus kudengarkan semuanya, atau juga bisa kupercepat.
Maka mulailah benakku melalang buana.
Ayah punya beberapa kaset kumpulan soundtrack film lawas. Ada tembang tema Popeye jaman dulu, lalu ada Bonanza, dan soundtrack film-film koboi lainnya.
Ini adalah cerita yang personal dan membuatku bernostalgia. Akan kulanjutkan suatu saat mendatang.
Catatan: ilustrasinya tidak pas karena kaset di ilustrasi tersebut milik kakak di era akhir 90an. Punya ayah rata-rata tahun sebelum tahun 90an.