Mata Pisau Sapardi

Mata pisau

Eyang Sapardi Djoko Damono telah meninggalkan kita tiga tahun lalu. Ia banyak meninggalkan karya sastra yang termasyhur. Penyair kelahiran Solo, 20 Maret 1940 ini dikenal produktif. Karya-karya nya telah hadir sejak tahun 1969 dari DukaMu Abadi lalu menyusul buku ini, Mata Pisau pada tahun 1974.
Seperti apa bukunya?

Aku menemukan buku ini ketika Balai Pustaka melakukan promo besar-besaran. Dari cover buku dan cetakannya, sudah terlihat bahwa buku ini kuno. Ini membuatku makin semangat dan membelinya.

Awalnya Sapardi mencetak kumpulan puisinya sendiri. Baru pada tahun 1982, ia menerbitkannya lewat Balai Pustaka. Lewat buku ini, ia kemudian dikenal sebagai penyair imajis, Kata-kata nya menjadi alat dan obyek pendukung imaji. Berkat imaji nya yang dominan maka sajak-sajaknya juga disebut sajak suasana.

Dalam buku setebal 66 halaman ini Sapardi membagi puisinya berdasarkan tema pertahun, dari tahun 1969 hingga tahun 1973. Dari tahun 1969 hingga tahun 1971 masuk kategori Mata Pisau. Dua tahun berikutnya masuk Akuarium. Ada sekitar 50-an total puisinya.

Membaca puisi saat hujan itu menyenangkan. Terasa romantis dan mendukung sekali untuk berkhayal. Dan pas banget, tiga judul puisi pertama Sapardi dalam buku ini bertemakan hujan.

Puisi berjudul Hujan Dalam Komposisi, 3 sangat singkat. Hanya dua baris isinya.

Hujan Dalam Komposisi, 3

dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya:
terpisah dari hujan

Puisi berikutnya juga pendek.


Kartu Pos Bergambar: Jembatan “Golden Gate”, San Francisco

kabut yang liat dan kabut yang pupur
lekat dan grimis pada tiang-tiang jembatan
matahari menggeliat dan kembali gugur
tak lagi di langit! berpusing di pedih lautan


Dan inilah puisi yang jadi judul buku kumpulan puisi ini.

Mata Pisau

mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu.

Sapardi suka bermain-main dengan tata letak dan gaya berpuisi yang merupakan pencampuran prosa. Ia memang pandai membuat pembaca ikut berimajinasi, membayangkan situasi yang dikisahkan dalam puisinya.

Akuarium

kau yang mengatakan: matanya ikan!
kau yang mengatakan: matanya dan rambutnya dan pundaknya ikan!
kau yang mengatakan: matanya dan rambutnya dan pundaknya dan lengannya dan dadanya dan pinggulnya dan pahanya ikan!
“Aku adalah air, ” teriakmu, ” adalah ganggang adalah lumut adalah gelembung udara adalah kaca adalah…”

Di akhir buku ini aku terkejut mendapati puisi Pada Suatu Pagi Hari, yang kemudian hari akan menjadi puisinya yang terkenal. Seingatku ia masuk dalam buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni. Puisi ini kemudian jadi salah satu puisi favoritku.

Kumpulan puisi ini mengajak pembaca untuk berimajinasi dan membayangkan situasi yang dikenalkan Sapardi lewat untaian dan pilihan katanya. Ia mencoba bereksplorasi dengan menyajikan puisi prosa atau bermain-main dengan tata letak.

Detail Buku:
Judul Buku: Mata Pisau
Pengarang: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Balai Pustaka
Tebal Buku: 66 halaman
Tahun Rilis: 1982

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada Maret 25, 2023.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: