Adaptasi Sewu Dino ke Layar Lebar Mengecewakan
Sewu Dino termasuk film yang kutunggu-tunggu sebagai pembaca setia Simpleman. Sayangnya filmnya mengecewakan. Ada begitu banyak unsur yang kurang sehingga filmnya kurang nyaman untuk dinikmati dan kurang berkesan.
Ada banyak cerita yang horor yang menarik namun ada empat cerita horor yang berkesan karya Simpleman. Yang pertama adalah KKN di Desa Penari. Kedua adalah serial horor di komplek pabrik gula. Berikutnya adalah semesta Sewu Dino yang belum tamat untuk versi Twitter. Dan yang terakhir dan menurutku paling mencekam adalah Soeroep.
Sewu Dino bercerita tentang pengalaman Sri ketika menjadi asisten rumah tangga keluarga priyayi Atmojo. Bukannya membantu bersih-bersih rumah, ia dan kedua perempuan yang sebaya dengan dirinya malah ditempatkan di rumah gubuk di tengah hutan untuk menjaga sebuah keranda. Di dalam keranda tersebut, ada anak perempuan yang sedang tersiksa karena dikirimi santet sewu Dino.
Dalam film ada banyak perubahan, dari latar waktu dan latar belakang Sri. Sehingga cerita dan nuansanya terasa berbeda ketika membaca utas horornya.
Dalam film, Sri (Mikha Tambayong) ingin segera mendapat uang banyak untuk biaya perawatan ayahnya yang sedang sakit. Sebenarnya ia telah bekerja di sebuah warung makan. Ia kemudian melamar pekerjaan untuk menjadi ART di keluarga Atmodjo, tapi kemudian urung melihat persyaratan yang diobrolkan pelamar lainnya.
Singkat kata, Sri kemudian berhasil diterima oleh mbah Karso Atmodjo (Karina Suwandi) . Ia bersama Erna (Givina Lukita Dewi) dan Dini (Agla Artalidia) kemudian diantar ke tempat mereka bekerja oleh Sugik (Rio Dewanto) ke sebuah gubuk di dalam hutan. Mereka ditemui mbah Tamin (Pritt Timothy) dan diperkenalkan dengan Della Atmodjo (Gisellma Firmansyah) yang kondisinya memprihatinkan. Fisik gadis tersebut mengenaskan dan harus berada di dalam keranda karena mengalami santet 1000 hari.
Tugas Sri dan kawan-kawannya adalah melakukan ritual basuh seda atau membersihkan tubuh Della dengan urutan tertentu. Tujuannya untuk menentramkan Sengarturih yang merasuki tubuh Della. Ketiganya harus bersabar dan menjalankan ritual tersebut sebelum matahari terbenam. Jika tidak nyawa Della dan mereka akan terancam.
Adaptasinya Sayangnya Mengecewakan
Ada banyak hal yang berbeda dari versi cerita di Twitter. Oke, cerita berbeda tak masalah. Apalagi di film juga ada keterbatasan durasi. Tapi sayangnya perubahan ceritanya bukannya bikin cerita makin baik, tapi sebaliknya. Ceritanya jadi tidak karuan. Banyak elemen yang disederhanakan dan malah mengundang tanda tanya bagi penonton awam.
Sepertinya cerita difokuskan agar banyak adegan gore sebagai ciri khas Kimo. Meski gore-nya masih tergolong soft, tapi kemunculannya terasa dipaksakan. Alhasil nuansa horor yang mencekam seperti ketika membaca thread tersebut tidak terasa. Filmnya jadi seperti horor pasaran yang sedang merajalela belakangan ini.
Apa itu santet sewu Dino? Di dalam film terasa disederhanakan. Tak banyak yang diulik, seperti apa bedanya dengan santet lainnya dan alasan Della harus ditempatkan di dalam hutan. Pompa untuk mendapatkan air dan penggunaan kaset juga terkesan dipaksakan sebagai properti cerita. Alasan Sugik menanam sesuatu juga kurang jelas.
Film ini hanya mengandalkan score yang mengagetkan dan adegan berdarah-darah sebagai sumber kengerian. Make up dan penampilan sosok makhluk halusnya tidak rapi dan malah terkesan menggelikan.
Pemilihan cast-nya juga kurang pas. Mikha masih seperti gadis Jakarta yang berpura-pura sebagai gadis desa. Dalam film ini hanya penampilan Karina Suwandi & Pritt Timothy yang masih enak dinikmati.
Namun yang paling mengganggu yakni dialog dan dialeknya. Sebagai orang Jawa Timur, dialog dan dialek dalam film ini menurutku kurang pas. Kesannya tidak ada unggah-ungguh berbahasa ketika berbicara dengan orang tua dan orang yang dihormati. Sri tidak menggunakan bahasa krama ketika berbicara dengan mbah Karso dan mbah Tamin. Ehm entah kenapa sosok Sri dalam film malah terkesan agak menyebalkan, kurang simpatik.
Aku jadi ragu dengan kelanjutan semesta Sewu Dino ke depan jika melihat awalannya seperti ini.
Jika melihat sosok Sabdo Kuncoro, penerawangan Sri, dan akhir film ini memang bakal direncanakan Janur Ireng akan menjadi film berikutnya. Di Twitter, cerita Janur Ireng menurutku penuh kejutan tapi juga membingungkan.
Mungkin lebih baik jika Soeroep yang menjadi proyek film mendatang. Nuansa creepy-nya benar-benar terasa ketika membaca thread-nya dan tak banyak adegan gore yang malah bikin mual.
Sumber gambar: MD Pictures