“DreadOut” yang Menyiksa dan Berisik

Film “DreadOut” digadang-gadang akan menjadi kado awal tahun 2019 yang menggembirakan bagi pecinta film Indonesia, termasuk juga pecinta video game-nya. Alih-alih menarik, film ini malah menyiksaku sebagai penonton. Siksaan itu berupa narasi yang buruk, logika dalam beberapa adegan film yang cacat, dan dialog yang berisik.

Aku menyukai genre video game horror survival. Meskipun saat ini aku hanya suka menonton pasangan bermain play station, aku suka memerhatikan jalan permainannya. Salah satu video game horor yang kusuka adalah “Silent Hill”. Aku yang tidak ikut main dan hanya menonton ikut merasakan aura keseraman dan ketegangannya. Gim ini juga telah diangkat ke layar lebar. Filmnya yang pertama cukup sukses dan seram. Sayang sekuelnya buruk.

Mengikuti jejak “Silent Hill” kemudian muncul gim serupa berupa “Fatal Frame”. Ada hantu dan ruh jahat, mitologi, dan keberadaan kamera untuk melihat hantu tersebut dan kemudian lampu kamera untuk menyingkirkan makhluk tersebut. Di Indonesia, gim serupa diberi judul “DreadOut”. Gim ini cukup populer karena nuansa kelokalannya, baik dari segi cerita maupun  sosok-sosok menyeramkannya.

Tapi bagaimana jika gim ini difilmkan?
Aku sebenarnya tak berharap banyak akan film ini setelah menyaksikan trailer-nya. Tapi melihat euforia akan film ini aku jadi ikut-ikutan penasaran. Aku tak memasang ekspektasi lebih, daripada kecewa seperti yang kurasakan saat menyaksikan “Buffalo Boys” dan “Tengkorak”.

Awal adegannya aneh dan buruk. Ada seorang ibu dan anak kecil yang menghadapi kekerasan dari sejumlah pria dewasa. Si ibu dipaksa membaca mantera kuno di bawah tekanan anaknya akan dilukai. Pintu nampak digedor-gedor oleh sejumlah orang yang akan menyelamatkan ibu anak tersebut.

Sementara itu ada sosok menyeramkan di tempat tidur. Komplotan aneh itu mengeluarkan keris dari dalam mulutnya, sambil memaksa si ibu meneruskan membaca mantra. Adegan itu berakhir dengan berhasil didobraknya pintu tersebut dan ibu anak selamat. Kejadian itu berlangsung sekitar tahun 2008.

Adegan beralih ke tahun 2019. Linda (Caitlin Halderman) ditegur gurunya (Hannah Al Rashid) agar tidak terlalu lelah bekerja. Untuk membantu perekonomian keluarganya, Linda bekerja di sebuah minimarket di pom bensin sejak pulang sekolah hingga malam hari.

Sepulang sekolah Linda didatangi kawannya. Ia dibujuk untuk mencoba menjadi endorser di media sosial. Linda enggan.

Sementara itu Jessica, Dian, Beni, Alex dan Erik ingin mendapatkan lebih banyak follower di akun media sosial mereka. Mereka pun berencana untuk melakukan live di media sosial di sebuah apartemen kosong yang nampak seram. Mereka mengajak Linda yang kenal dengan penjaga apartemen tersebut. Linda pun terpaksa bersedia setelah Jessica memberikan perhiasan dan menjanjikan uang setelah acara live medsos berakhir.

Di apartemen tersebut mereka melanggar janji dengan memasuki kamar yang diberi pita kuning polisi. Mereka menemukan simbol aneh di lantai kamar. Kemudian ada perkamen misterius. Ketika Linda melihat temannya menyorotkan gadget di perkamen tersebut ia melihat salah satu kertas yang kosong menunjukkan tulisan. Teman-temannya tak percaya. Linda membuktikannya dengan membaca mantera dalam perkamen tersebut. Tiba-tiba lantai tersebut berubah menjadi kolam. Portal ke alam gaib pun muncul. Linda dan Jessica terseret ke portal tersebut. Apa yang akan terjadi kepada mereka?

Andaikan Kimo setia kepada narasi gim, mungkin ceritanya akan lebih baik. Tapi cerita yang ditawarkan di “DreadOut” ini bisa dibilang tidak runtut, ada banyak hal yang tidak dijelaskan, ada beberapa adegan cacat logika, dan karakter pemainnya tidak ada yang menarik simpati selain sosok Linda.

Kawan-kawan Linda adalah remaja yang gila pengakuan di media sosial. Mereka mau melakukan apa saja agar populer. Tidak ada karakter yang menarik di sini selain sosok yang diperankan Jefri Nichol, tapi itupun karena ia ganteng dan Linda tertarik kepadanya.

Ada banyak dialog yang menggunakan bahasa yang kasar sehingga agak jenggah mendengarnya begitu banyak bertebaran di film ini. Para pemain mengucapkan dialog yang bersamaan di berbagai adegan sehingga kesannya berisik dan berlebihan.

Oke 15 menit pertama aku sudah tersiksa dan ingin keluar dari bioskop. Tapi sayang akan duit yang sudah kukeluarkan. Aku juga ada rasa penasaran akan misteri dalam film ini.

Kualitas akting pemainnya yang bisa diapreasiasi hanya Caitlin dan pemeran hantu wanita tua berbaju merah yang seram (Rima Melati Adams). Lainnya malah mengganggu dengan keberisikannya.

Dari segi cerita hingga akhir film tidak dijelaskan kenapa Linda bisa membaca mantra dan menggunakan kamera ponselnya untuk membasmi hantu-hantu. Siapa wanita berbaju merah itu juga tidak ada latar belakang ceritanya. Apa yang hendak dicapai dari ritual pertama juga tidak ada deskripsinya. Yang ada hanya bolak-balik ke portal, kemudian ponsel yang anehnya tetap menyala meskipun sudah berkali-kali masuk air. Sebenarnya ada banyak cacat logikanya tapi takutnya nanti semakin spoiler.

Adegan menarik hanya salah satu sosok hantu yang bisa merayap di langit-langit rumah seperti dalam gim. Sebenarnya latar hutan dengan satu rumah besar itu seram dan akan menarik jika lebih dieksploitasi.

Secara keseluruhan filmnya memiliki narasi yang buruk. Aku menyesal menontonnya selama hampir dua jam. Sepertinya akan ada sekuelnya, tapi aku tak yakin ingin menonton kelanjutannya.

Detail Film:

Judul: DreadOut
Sutradara: Kimo Stamboel
Pemeran : Caitlin Halderman, Hannah Al Rashid, Marsha Aruan, Mike Lucock, Jefri Nichol, Rima Melati Adams, Suzana Sameh,
Genre : Horor
Skor : 3/10

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada Januari 4, 2019.

5 Tanggapan to ““DreadOut” yang Menyiksa dan Berisik”

  1. Sama anjir filmnya berisik bgt menurut ku aktor dan aktris nya( kecuali pemeran utama) yg main pada over acting semua dari aqal sampe akhir teriak2 mulu bikin emosi bukannya seram malah cringe plus buat emosi. Aktingnya heboh semua. Kesel ane

  2. […] sensasi seperti bermain video game hanya sayangnya narasinya begitu buruk (ulasan berikut ini). Ya, untuk horor juaranya menurutku filmnya Joko […]

  3. yaampun 3…
    oke fix aku nonton keluarga cemara sajaaa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: