Midsommar, Tentang Duka Hati dan Ekspektasi Berlebih

Film “Midsommar” sempat heboh beberapa waktu lalu. Film ini mengundang kontroversi karena diduga ada banyak konten yang kurang cocok untuk ditayangkan di Indonesia. Tapi kemudian film ini tayang juga setelah tentunya dilakukan sensor. Rupanya film ini memiliki rasa lain dari ketakutan itu sendiri dan tentunya jangan berekspektasi lebih.

Kisah Midsommar lebih banyak mengambil sudut pandang Dani Ardor, (Florence Pugh) yang sedang mengalami rasa pedih yang mendalam. Meskipun, juga ada sisi dari pihak Christian Hughes (Jack Reynor) dan sedikit dari kawan-kawannya.

Dani pantas bersedih. Ia begitu cemas akan sikap saudarinya, Terri. Adiknya seorang bipolar di mana ada episode begitu bersemangat dan episode begitu depresi dalam hidupnya secara bergantian. Saat itu saudarinya sedang dalam kondisi depresi dan ia mengira episode itu bakal cepat berlalu.

Tidak. Si adik malah berbuat lebih jauh. Ia bunuh diri. Dan ia tak sendiri. Ia mengajak kedua orang tua mereka. Dani begitu syok. Ia merasa menyesal tak menanggapi pesan adiknya dengan begitu serius. Seandainya…seandainya ia tak mengikuti kekasihnya untuk mengacuhkannya.

Sedangkan Christian juga tak patut memegang rasa bersalah. Ia merasa lelah hubungannya dengan Dani. Ia peduli dan sayang pada kekasihnya, tapi ia mera. Ia hubungan ini menjadi toxic baginya. Kawan-kawannya juga mengomporinya. Ia ikut prihatin dengan nasib Dani tapi juga ingin masalah Dani terus membebaninya.

Ketika melihat Dani yang kecewa akan rencana Christian pergi ke Swedia untuk melakukan penelitiannya tentang ritual mistis yang terjadi 90 tahun sekali, Pelle, kawan Christian kemudian juga ikut mengajaknya.

Rupanya tradisi tersebut tak seperti yang dikira oleh Dani, Christian, dan kawan-kawannya. Kedua pelancong yang juga tertarik akan tradisi tersebut begitu histeris ketika melihat salah satu ritual. Salah satu dari mereka kemudian menghilang, entah apa yang terjadi. Dani juga merasa tak nyaman dengan apa yang dialaminya di kampung halaman Pelle ini. Ia juga merasa hubungannya dengan Christian semakin mendingin.

Sementara itu ritual tersebut semakin aneh dan membuat tak nyaman.

Overated! Itulah kesan yang aku dapatkan usai menyaksikan film “Midsommar”. Oke filmnya memang lumayan bagus, tapi bukan yang wow banget seperti dugaanku dan seperti yang dihembuskan oleh movie buzzer. Cukup bagus, tapi jauh di bawah “Hereditary”, karya Ari Aster lainnya.

Midsommar mengingatkanku akan A Midsummer Night’s Dream, sebuah cerita Shakespeare yang terkenal. Dikisahkan ada pemuda pemudi yang pergi ke hutan dan mereka diganggu oleh peri-peri nakal.

Film ini bukan jenis cerita horor dengan hantu menakutkan. Melainkan horor dengan rasa mencekam yang berbeda. Horor berkaitan dengan cult, sekte dan ritual yang aneh. Kalian juga pasti merasakan hal yang sama ketika memasuki sebuah desa di mana ada aturan-aturan yang janggal.

Dari segi ceritanya menurutku ceritanya lebih berfokus ke hubungan Dani dan Christian dengan bumbu teror tersebut. Cerita tentang hubungan yang sudah sulit diselamatkan, tinggal menunggu sikap keduanya, apakah bertahan atau malah melepaskannya.

Satu lagi yang kuapreasi adalah gambar-gambar dan warnanya yang indah. Seperti bukan cerita horor. Seperti cerita peri juga cerita puteri yang indah dan bahagia. Kostum dan hiasan rambut mereka juga indah.

Hemmm horor saat terang dan musim panas malah terkesan menakutkan, bukan?!

Detail Film:
Judul: Midsommar
Sutradara: Ari Aster
Pemeran: Florence Pugh,Jack Reynor, William Jackson, Vilhelm Blomgren, Will Poultet
Genre: horor, thriller
Skor: 7/10
Gambar: imdb

~ oleh dewipuspasari pada Oktober 3, 2019.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: