Setrika
Aku benci setrika. Tapi kulakoni juga hampir tiap minggunya. Menyetrika di lantai, kadang di meja. Aku tak punya meja khusus setrika.
Kawanku bertanya kenapa tidak ke laundry saja. Kini perkilonya murah. Paling-paling 200-300 ribu perbulannya. Santai dan semuanya rapi juga wangi semuanya.
Ya ya ya jika aku terlalu lelah aku mengikuti anjurannya. Bisa dibilang baru lima kali aku ke laundry dan itupun lebih banyak untuk urusan karpet dan bedcover, yang tebal dan sulit kulakukan.
Ini bukan tentang uang.
Ini tentang kemampuan.
Kini tak semua perempuan bersedia melakukan pekerjaan rutinitas seperti mengepel, menyetrika ataupun memasak. Aku tetap melakukannya. Karena aku konservatif dan aku mampu melakukannya. Pekerjaan rutin semacam ini memang pilihan dan tak harus wanita yang melakukannya. Para pria juga sebaiknya bisa melakukannya.
Aku melakukannya dengan tujuan. Aku tak takut jadi wanita rumahan, juga merasa senang menjadi wanita yang memiliki kehidupan selain urusan rumah. Aku ingin menjadi keduanya, wanita karir dan wanita yang mampu melakukan urusan rumah tangga.
Aku tahu sebagian wanita karier tak suka melakukan kegiatan rumah tangga, aku sendiri juga kadang-kadang bahkan seringkali malas melakukannya. Meskipun urusan kantor kadang-kadang memeras otak, tapi jauh lebih melelahkan mengurus pekerjaan rumah tangga. Sedangkan terus-terusan berkutat dengan rutinitas rumah tangga itu juga membosankan.
Ya aku mengambil peran keduanya, bekerja dan tetap melakukan pekerjaan rumah tangga. Alhasil aku paham keluh kesah wanita pekerja dan aku juga bisa tahu keluhan-keluhan yang dialami ibu rumah tangga. Aku meneladani orang-orang yang kukenal yang mampu melakukan keduanya, menjadi wanita pekerja sekaligus wanita rumahan.
Aku benci setrika. Di antara semua pekerjaan rumah tangga aku paling tak suka setrika. Panas, lelah, bikin badan kaku dan membosankan.
Seharusnya aku setrika pada akhir pekan. Tapi rasa malas menerjangku, aku memilih membaca.
Satu buku selesai. Oh aku ingin membaca lainnya.
Gambar: pixabay
Setrika hal yg menyebalkan dan sulit βtuk memulai ny tp ketika selesai entah knapa bikin hati bahagia.. ππ
betul juga ya, ketika rumah rapi itu senangnya
Waw…
Tp aku pikir klau kau pkai ironing board, mungkin akn lbih ringan saat menyetrika…
hahaha sama aja sih, yang nggak asyik kegiatannya.
Samaaa… Aku juga nggak suka nyetrika, tapi untuk menghalau kebosanan biasanya aku sambil nonton film di laptop, atau kalau mau cepet kelar sambil dengerin lagu. Ditarget beberapa lagu harus kelar berapa baju πππ
iya, aku juga sambil nonton teve, film atau dengar musik. Bosenin soalnya.
Menyetrika itu menyenangkan βΊ.. Setiap usapannya memiliki ke asyikan nya tersendiri π€
Saya pernah bekerja di “loundry kelas atas”, tempat para pejabat menitipkan pakaian dinas mereka. Kebetulan Saya bekerja di bagian presser alias tukang gosok. Memang, awalnya butuh waktu berjamΒ² bagi Saya untuk menyelesaikan sebuah kaos berkerah. Karna semua ada SOP dan trik tersendiri. Tapi lihat hasilnya, Saya resign π …
Setrika Uap nya saja bobotnya lebih dari3 Kg.. Membuat otot lengan kanan ini lebih besar dg yg kiri.. Dan kapalan di bagian telapak tangannya π π π ..
Tapi beneran, menyetrika itu menyenangkan π
wah seru pengalamannya. Baru kali ini aku dengar ada cerita setrika yang menyenangkan. Menarik nih dibuat cerita panjang
Iyaa nih.. Pengen di ceritain ke dlam blog, tpi mood ny belum nemu π