Dewipuspasari's Weblog

Dulu jenis cake tak banyak, paling-paling bolu gulung, bolu klemben, cake karamel yang berlubang-lubang alias sarang semut, proll tape, sponge cake, lapis Surabaya atau spikoe, cake Belanda dengan rempah dan kayu manis (oenbitjkoek),  cake buah atau fruit cake, dan cake cokelat alias brownies.

Lalu muncullah aneka cake cokelat dari tiramisu, opera, dan black forrest. Selanjutnya inovasi cake terus berkembang. Ada rainbow cake, blueberry cake, chesse cake, strawberry cheese cake, orange cake, dan masih banyak lagi.

Suatu ketika aku singgah ke sebuah kafe di daerah Purwokerto. Utamanya mereka menjual serba cokelat. Mereka juga menjual aneka cake. Aku suka sekali melihat aneka penampilan cakenya yang menggugah selera. Meski aku tak membelinya kala itu.

Ketika teh hijau alias matcha beken, maka muncul matcha cake. Kemudian alpukat juga ngetren sehingga muncul avocado-choco cake. Ad juga cake dengan warna merah bernama red velvet cake. Lalu ada perpaduan pastry dan cake yang menurutku gagal dan sensasinya menyantapnya terasa kurang selaras.Entah ke depan akan muncul jenis cake apa lagi. Tapi aku menyambutnya karena aku suka mencobainya.

Hanya cake banyak kalorinya. Di antara aneka jenis cake aku masih paling suka opera. Wah ini cokelatnya enak banget. Nomor dua adalah cake tape. Ini juga favoritku. Meski banyak varian, tapi tetap dua jenis cake itu favoritku.

~ oleh dewipuspasari pada November 15, 2020.

Ditulis dalam Kuliner
Tag: cake, cake potong