Pusat Perbelanjaan yang Sepi
Kemarin-kemarin ketika pusing mengerjakan jurnal, aku memutuskan berjalan-jalan untuk mencairkan writing block. Otakku mungkin buntu kelamaan di ruangan sempit, perlu ada refreshing.
Akhirnya kami naik motor dan apesnya hujan mulai turun. Kami kemudian memutuskan untuk berteduh di sebuah pusat perbelanjaan. Sekalian belanja sabun dan lain-lain deh.
Parkiran motor ada di atas, jadinya kami masuk mal dari lantai dua. Ketika memasuki mal aku merasakan suasana yang begitu sepi. Sepi, hanya satu tenant yang masih buka yaitu Matahari di lantai dua ini. Tenant lainnya seperti wahana bermain anak, pusat elektronik, dan pujasera semuanya tutup. Entah dengan karaoke, sepertinya juga tak buka.
Pengunjung mal di bawah masih agak mendingan. Pasalnya di sini mereka bisa berbelanja sembako atau membeli makanan. Beberapa tenant juga tutup di sini. Yang buka rata-rata hanya brand makanan yang cukup besar dan tempat belanja. Biasanya mal ini banyak penjual baju dan sepatunya, tapi kini sepi. Hanya ada satu yang buka dan itu pun nampaknya kurang dilirik pembeli.
Protokol kesehatan di mal cukup ketat. Sebelum masuk pembeli diminta untuk cuci tangan dan dicek suhu. Tapi memang seperti aku, lebih baik di rumah saja, kecuali jika ingin berbelanja atau sedang sangat jenuh di rumah. Yang penting jangan kendor untuk tetap pakai masker dan jaga jarak.
Kembali ke lantai dua, mal ini makin senyap ketika langit makin gelap. Pandemi itu nyata dampaknya.