Sebuah Kenangan

 

“Koran boleh mati. Tapi jurnalistik akan terus hidup.” (Dahlan Iskan)

Sebelum aku memutuskan berhenti menjadi wartawan, aku melalui sejumlah pergolakan dalam hati. Pekerjaan ini cocok untukku, tapi tak sesuai dengan latar belakangku. Dalam hati aku berkata, meski aku sudah tak mengenakan kartu pers, aku tetap bisa menulis sesuatu sesuai kata hatiku.

Malam ini aku membayangkan suatu masa ketika aku sudah tuntas mengetik berita. Halaman berita sudah siap dicetak. Aku tak bakal lagi dipanggil oleh redaktur A atau redaktur B, untuk cek ricek berita atau memilih foto yang sesuai.

Aku masih bisa membayangkan situasi di ruangan itu. Kompartemen-kompartemen berita, meja bundar redaksi, ruang rapat, teve-teve yang dipasang berderetan di sana-sini, dan ruang internet serta ruang kaca untuk pemotretan.

Aku juga masih ingat hampir semua orang yang ada sana waktu itu. Para senior, redaktur, fotografer, juga seseorang yang kami sebut Suhu. Aku juga suka mengobrol dengan dua operator telpon, yang dulunya adalah lay outer andal jaman masih manual. Ada kalanya aku juga asyik bercanda dengan bagian grafis dan pembuat kartun.

Aku masih bisa membayangkan semuanya. Seperti baru kejadian beberapa tahun lalu. Padahal itu sudah sangat lama.

Aku ingat teman-teman satu angkatanku. Bagaimana kami begitu antusias mengikuti pelatihan seminggu penuh, lalu kelabakan ketika mulai terjun ke lapangan. Aku juga ingat pernah menangis karena kehilangan beberapa kawanku. Kami lelah dan berjuang bersama, namun bekerja menjadi wartawan saat itu benar-benar menguras fisik dan melelahkan mental.

Sepertinya aku rindu mereka semua. Itu masa-masa yang melelahkan, namun sekaligus juga menempaku. 

Saat ini media cetak memang banyak yang berguguran. Satu-persatu majalah dan tabloid menghilang. Yang bertahan hanya media besar. Ada juga yang tetap bertahan dan makin besar dengan media digitalnya, baik dalam bentuk portal yang bisa diakses gratis namun berhamburan iklan, maupun yang hanya bisa diakses secara berlangganan.

Karena digital dan persaingan makin ketat, maka seperti halnya makanan cepat saji, beritapun juga disajikan secara cepat. Kadang-kadang asal cepat, kurang cermat.

Namun aku yakin meski suatu ketika koran dan majalah cetak menghilang, namun jurnalisme tetap ada, seperti kata Pak Dahlan. Akan masih ada orang-orang yang berkeyakinan teguh bahwa segala sesuatu harus disajikan sesuai fakta dan berimbang.

Akan masih ada pihak-pihak yang meski penayangan beritanya lebih lambat, namun pemberitaannya detail, lengkap, dan akurat. Akan masih ada pihak-pihak yang tingkat penasarannya tinggi dan pemberani, sehingga tak kenal takut ketika membongkar sesuatu yang menyengsarakan rakyat.

Gambar

~ oleh dewipuspasari pada Februari 18, 2022.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: