Benak Melalang Buana ke Kerajaan Masa Silam
Usai membaca buku tentang Airlangga dan sekarang masih proses membaca buku Diponegoro, benakku berkelana liar, mencoba membayangkan situasi pada masa lampau. Jaman dulu pastinya pulau Jawa masih banyak hutan. Membayangkan hal tersebut membuatku takjub tentang banyak hal akan nenek moyang kita.
Bagaimana sih pulau Jawa jaman dulu? Jika membaca cerita yang berkaitan dengan Honocoroko dan Ajisaka, maka pulau Jawa dulu sepertinya pulau yang angker dan misterius.
Benakku membayangkan dulu pulau Jawa itu begitu hijau, mungkin seperti Kalimantan sebelum banyak dieksploitasi untuk perkebunan dan pertambangan. Hijau, rapat, gelap, dan misterius.
Namun bisa jadi angan-anganku terlalu jauh. Jika kita membaca kisah-kisah kerajaan jaman dulu, misalnya Tarumanegara dan Kalingga maka terlihat pada abad ke-4 dan ke-5, di pulau Jawa juga mulai berkembang, terutama di daerah yang dekat sungai dan daerah dekat pelabuhan.
Pada tahun-tahun tersebut juga sudah ada perdagangan lintas pulau. Jadi pulau Jawa pada masa tersebut sudah terbuka.
Berbicara tentang kerajaan di pulau Jawa, aku jadi melihat benang merah antara kerajaan satu dan lainnya. Misalnya antara Kerajaan Sunda, Galuh, Tarumanegara, Pajajaran, Cirebon, dan Banten yang rupanya memiliki kaitan. Kaitan tersebut membuatku kagum.
Hal yang sama juga dengan persaingan antara Dinasti Sanjaya dan Syailendra. Sampai saat ini aku kagum bagaimana Dinasti Sanjaya bisa mendirikan kompleks Prambanan, demikian pula Syailendra dengan Borobudur.
Jarak antara Jawa Tengah dan Palembang juga tidaklah dekat. Tapi Dinasti Syailendra berhasil mendirikan Kerajaan Sriwijaya yang kemudian menjadi kerajaan besar pertama sebelum Majapahit.
Ketika kemudian Mataram Kuno berpindah dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur karena erupsi Gunung Merapi, hal ini lagi-lagi membuatku tercenung. Apalagi jika mengingat lokasi kerajaan Medang awalnya di Jogya dan Kedu kemudian berpindah ke Jawa Timur yang lokasinya antara Malang, Turen, dan Mojokerto.
Dulu jalan tanpa tol bisa 10 jam sendiri atau lebih dari Yogyakarta menuju Malang. Bagaimana bila jalan kaki atau berkuda, dengan banyak alas di sana sini? Nenek moyang kita sungguh luar biasa.
Cerita tentang Kerajaan di Jawa Timur hingga kini membuatku takjub dan menyimpan tanda tanya. Ada banyak hal yang tak kuketahui tentang hubungan kerajaan di Jawa Timur dan Bali yang rupanya terjalin sejak era Mpu Sindok, lalu tentang kerajaan-kerajaan lainnya seperti kerajaan di Madura, Wengker di Tulungangung, kerajaan di Banyuwangi, dan kerajaan-kerajaan lainnya yang mungkin tak pernah kubaca di buku sejarah. Sayang bekas kerajaan mereka tak ada. Mereka hanya meninggalkan candi.
Cerita pelarian Airlangga hingga ke Hutan Wonogiri membuatku membayangkan bagaimana ia jalan berkilo-kilo meter dan berhari-hari bersembunyi dari sekitaran Mojokerto. Wah ini jauh sekali. Kemudian ia kembali lagi ke sana. Membayangkannya saja membuatku lelah.
Bersembunyi di alas yang banyak hewan buas, siluman, dan gelap, sungguh tantangan. Ooh nenek moyang kita sungguh pemberani dan luar biasa.
Aku lagi ingin berkhayal dan merenung. Tentang alas, candi, dan kerajaan masa silam.