Mereka Mencintai Soto Buatan Mereka
Aku dulu tak begitu suka soto mie. Menurutku mie kuning plus risol dalam semangkuk soto itu tak masuk dalam seleraku. Hingga kemudian sebuah kedai soto mie mengubah pendirianku.
Perubahan itu tak berlangsung instant. Awalnya aku menyingkirkan risol kol dan mie dalam semangkuk soto. Aku hanya menyantap potongan daging dan jerohan serta tomatnya.
Cita rasa kuahnya juga tak kupedulikan dengan menambahkan sambal agak banyak sehingga yang berkesan hanya rasa pedas.
Berulang kali pasangan membeli soto mie di tempat tersebut. Aku jarang minta atau nitip dibelikan yang sama.
Harga soto mie tersebut Rp14 ribu seporsinya. Termasuk terjangkau untuk ukuran makanan di ibukota.
Lambat laun aku mulai bisa menyantap mie kuning dan risol dalam semangkok mie tersebut. Namun aku tak bisa menyebut masakan itu enak.
Hingga kemudian aku makan soto tersebut di tempatnya.
Aku baru kali itu makan di tempatnya. Biasanya pasangan membeli untuk dimakan di rumah alias dibungkus.
Saat itu ia juga telah membungkusnya dan siap untuk dibawa pulang. Aku sendiri melihat ia di sana saat pulang dari sebuah acara. Lalu memutuskan turun di tempat tersebur, tak langsung ke rumah.
Ia nampak terkejut melihatku. Ia kemudian memintaku menyantap soto mie langsung di kedai tersebut dan memesan teh manis hangat.
Saat itu aku memang lapar. Acara yang kudatangi cukup jauh dan macet parah. Membuatku lelah di perjalanan. Alhasil aku haus dan lapar.
Si pegawai membuka kembali wadah soto dan kuahnya. Lalu menatanya cantik di mangkuk. Aku baru melihat kali itu betapa menariknya tampilan soto itu di wadah. Biasanya di rumah hanya aku tuangkan saja.
Warna-warna dalam wadah mangkuk itu nampak harmonis dan serasi. Kuning dari mie, cokelat dari daging, putih dari kol, merah dari tomat, dan hijau dari daun seledri.
Ketika melihat tampilan soto mie tersebut aku langsung melihat cinta dari pegawai kedai ini kepada soto mie buatannya. Mereka menyayanginya dan mereka bangga akan sotonya.
Aku tahu perasaan itu. Dulu aku pernah merasai hal yang sama ketika menjual cokelat praline buatan aku dan kawan-kawan. Aku cinta dan bangga kepada cokelat tersebut.
Entah kenapa setelah melihat cinta yang besar dari pegawai kedai kepada soto buatannya aku merasa soto mie itu jadi sedap. Bukan makanan favoritku tapi soto mie ini tak lagi kuremehkan.
Makanan yang dibuat dari rasa cinta dan kebanggaan memang berbeda.