Film Nominasi Oscar yang Bahas Diskriminasi

Dengan adanya kasus menimpa George Floyd, kejadian yang diduga merupakan tindak diskriminasi terhadap warga kulit hitam maka kembali menggaunglah gerakan black lives matter. Terdapat beberapa film pendek dan dokumenter yang juga menyoal diskriminasi terhadap kulit hitam tersebut. Dua di antaranya raih nominasi Oscar.

Yang pertama adalah “Two Distant Strangers”, sebuah film pendek. Yang kedua merupakan film dokumenter pendek, kejadian nyata yang menimpa gadis kulit hitam dituduh mencuri oleh pemilik toko.

Film ini dua-duanya bisa disimak di Netflix. Durasinya sama-sama kurang dari satu jam.

“Two Distant Stranger” merupakan film fiktif dengan unsur perulangan waktu (loop time). Dikisahkan ada seorang pria kulit hitam, Carter James (Joey Bada$$), yang bergegas pulang ke apartemennya karena kangen dengan anjingnya. Ketika ia ke luar dari apartemen, ia menyenggol orang dan kemudian merokok sejenak.

Aksi merokoknya ini entah kenapa membuat seorang polisi berkulit putih, petugas NYPD (Andrew Howard), mencurigainya. Ia memaksa pemuda tersebut menunjukkan isi tasnya. Ketika ia menolak, ia kemudian menganggap si pemuda membangkang dan melawan polisi. Si pemuda dilumpuhkannya hingga ia tewas.

Two distant strangers
Si pemuda bangun kembali di atas tempat tidur. Ia ketakutan. Ia merasa dirinya kesakitan. Mimpinya terasa nyata.

Ia kemudian mengalami dejavu. Ia dapat menebak kata-kata teman kencannya, Perri (Zaria Simmone) dan gerakannya. Ia merasa aneh.

Ketika ia memilih lebih lama di apartemen teman kencannya, eh ia malah digerebek kelompok polisi bersenjata. Ia terheran-heran. Dan lagi-lagi ia terbunuh.

Setelah mengalami 99 kematian, ia berpikir untuk mengajak mengobrol petugas bernama Merk tersebut.

Film ini dibesut oleh Travon Free dan Martin Desmond Roe atas ide Travon Free. Ia menulisnya dua bulan setelah kasus yang menimpa George Flyoid. Rupanya dari hasil risetnya ada banyak kasus yang terjadi antara warga kulit hitam dan polisi yang memberatkan sisi warga kulit hitam alias diskriminatif.

Ia membuat film berdurasi 32 menit ini agar tak ada lagi kejadian diskriminatif.

Menurutku ide film ini menarik, dengan adanya perulangan waktu dan twist di penutupnya. Ada adegan yang menggambarkan kejadian seperti yang dialami George. Tapi dari segi eksekusi cerita, visual, dan akting menurutku biasa-biasa saja. Film ini sendiri telah mendapat penghargaan African-American Film Critics Association, Best Short Film.

A Love Song for Latasha
Film kedua berupa film dokumenter pendek. Ia hanya berdurasi 19 menit. Film yang dibesut oleh Sophia Nahli Allison ini berkisah tentang diskriminasi yang dialami remaja perempuan kulit hitam bernama Latasha Harlins.

Lewat narasi yang dibawakan sepupu dan sahabatnya, pembaca diajak mengenal sosok Latasha lewat foto-foto dan kondisi sosial lingkungannya.

Film ini dibuat tahun 2019 dengan latar tahun 1991, tahun Latasha meninggal karena ditembak di sebuah toko. Kematian Latasha dan sikap aparat membuat situasi memanas pada tahun 1992.

A love song for latasha
Di sini si sutradara berupaya menghidupkan sosok Latasha, kegemarannya bermain basket dan mimpi-mimpinya lewat cerita Shinese Harlins, sepupunya dan Tybie O’Bard, sahabatnya. Latasha gadis yang penuh semangat.

Entah kenapa pemilik toko mencurigainya sebagai pencuri dan menembaknya. Padahal ia membawa uang sendiri dan si pemilik toko juga bisa bertanya dulu.

Nuansa film dokumenter ini di awal nampak ceria sebelum berubah jadi muram di bagian berikutnya.

Diskriminasi sayangnya masih banyak dijumpai. Kini yang jadi sasaran berganti ke warga Asia karena dianggap sumber masalah dari pandemi global ini.

Ooh kenapa harus ada diskriminasi? Rasanya perlu digaungkan lagi All Lives Matter, karena setiap manusia dari ras apapun itu adalah berharga. Kita juga diciptakan setara.

Apakah kedua film ini akan menang? Kita tunggu saja pengumumannya pada hari Senin mendatang.

Gambar: Netflix

~ oleh dewipuspasari pada April 23, 2021.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: