Langkah Kecil untuk Memiliki Perpustakaan Pribadi Idaman
“Puteri Disney favoritku adalah Belle. Oleh karena ia gemar membaca buku. Dan kemudian, Pangeran memberinya akses ke perpustakaan di kastil yang komplet isinya. Wah senangnya punya buku yang berlimpah dan ruang baca yang nyaman.”
Aku jarang merasa iri ke seseorang. Rasa iriku biasanya berkaitan dengan buku. Ya, aku iri dengan mereka yang bisa punya banyak buku dan juga waktu untuk membacanya. Aku juga bisa iri ke mereka yang punya ruang baca super nyaman di rumahnya.
Oleh karena latar belakang keluargaku pas-pasan, maka aku harus berhemat dan menabung dulu untuk membeli buku bacaan. Biasanya aku menabung selama 1-2 minggu untuk bisa membeli komik 1-2 buah. Ada kalanya aku pergi ke lapak buku bekas dan tukang loak sambil berharap menemukan buku-buku yang bagus dibaca.
Aku masih bisa merasai perasaan yang luar biasa senang ketika menemukan banyak majalah Bobo di tukang loakan. Ooh senangnya. Aku mengeluarkan semua uang yang kupunya di kantongku. Besoknya, lusa, dan hari-hari berikutnya aku rela tidak jajan, sambil berharap bisa berjumpa dengan tukang loak tersebut. Sayangnya aku tak pernah berjumpa dengannya lagi.
Perasaan senang juga kualami ketika menemukan majalah Hai yang membahas band idolaku saat itu, menemukan komik Nina, dan juga dongeng-dongeng H.C. Andersen. Akhirnya aku mulai jarang ke toko buku dan lebih memilih berbelanja ke lapak buku bekas agar lebih banyak buku yang bisa kubaca.

Koleksi Tintin
Saat itu aku memang punya banyak waktu membaca dan senang-senangnya membaca. Kami jarang sekali diajak liburan, jadinya liburan panjang sering kuhabiskan dengan hanya ke toko buku, lapak buku bekas, dan perpustakaan kota.
Ada kalanya aku tak punya uang. Saat itu aku pun membaca semua koleksi buku dan majalah ayah dan ibu. Ibu punya majalah Femina dan Ayah punya majalah serius seperti Tempo dan Jakarta Jakarta. Aku membaca semuanya dan masih ingat sebagian sampul buku dan isinya.
Ayah juga punya koleksi Tintin, cerita pewayangan RA Kosasih, komik-komik lokal bernuansa kerajaan Jawa dan silat, juga koleksi Winnetou. Aku membacai sebagian besar di antaranya.
Ketika lulus SMA, koleksiku bukuku sudah lebih dari 200 buah. Tapi sayangnya ketika aku kuliah ke Surabaya, sebagian besar bukuku lenyap. Majalah Bobo yang kukumpulkan dari setiap keping uang logam, hanya tersisa beberapa buah.
Koleksi Lima Sekawanku dan komik Nina yang kukumpulkan dengan penuh kesabaran dengan rajin mengunjungi lapak buku bekas juga tinggal satu dua. Masih banyak lagi lainnya yang lenyap. Jika ingat aku tak jajan, lalu ke sana ke sini mengumpulkan buku-buku tersebutku membuatku pilu dan ingin menangis.
Ingin marah, tapi ya sudahlah. Sejak itu aku protektif terhadap buku-buki yang kumiliki. Sudah berapa rupiah yang kukeluarkan untuk buku tersebut, rasanya menyedihkan jika mengingat buku itu lenyap dan ada yang berakhir dengan halaman yang tercerai-berai dan dicoret-coreti.

Koleksi favoritku
Aku kembali mengumpulkan buku saat kuliah. Sama seperti saat masih bersekolah, aku berhemat-hemat, sering puasa hari ganjil demi membeli buku. Ketika aku menemukan lapak buku bekas di Surabaya, aku begitu senang. Akhirnya aku punya tempat favorit di Surabaya, di Perpustakaan Daerah dan di lapak buku bekas di Jalan Semarang.
Aku kemudian merantau ke kota lebih jauh, yakni di Jakarta. Sering kali aku memikirkan nasib bukuku. Aku trauma bukuku kembali mengalami nasib yang sama. Ya, buku itu kemudian kutitipkan sebagian besar ke kawanku di Surabaya agar tak lenyap begitu saja jika kutaruh di rumah di Malang.
Rupanya ibu tahu kekecewaanku. Sebagian buku yang kubawa pulang, disimpannya di lemari belajar ku dan dikuncinya.
Di kos-kosan perantauanku, aku terus memikirkan nasib buku-bukuku. Aku ingin memiliki rumah untuk mereka semua, sebuah ruang baca yang menyimpan semua buku koleksiku sejak kecil. Buku koleksi milik ayah juga ingin kusimpan karena tak ada lagi yang membacanya.
Setelah menikah dan memiliki rumah, barulah aku merencanakan memiliki ruang baca. Aku membeli rak buku yang tinggi dan cukup besar. Buku yang kukoleksi selama aku bekerja, kutata rapi di sana.

Rak buku kecilku
Rak buku terus bertambah karena aku rajin membeli buku setiap bulan. Ada kalanya aku membeli di lapak buku bekas di Terminal Senen dan di Pasar Festival, namun kemudian lebih sering belanja online ketika sedang ada promo besar-besaran.
Saat itu harapanku akan memiliki ruang baca idaman hampir terwujud hingga suatu ketika ada musibah. Rayap. Rayap membuat sebagian bukuku rusak tanpa aku sadari. Aku mengetahuinya ketika sudah terlambat. Aku menangis ketika mengetahuinya.
Rayap juga membuatku harus pindah rumah sementara. Plafon rumah dan genting ambruk. Ya karena rayap. Sungguh mengerikan benar ulah rayap
Jadilah aku meratapi buku-bukuku dan juga rumahku. Ketika kemudian rumah sudah diperbaiki, aku menatap murung rak-rak buku yang hancur karena rayap dan juga makin sedih mengingat buku-buku yang hancur karena ulah serangga tersebut.
Akhirnya aku memanfaatkan rak plastik dan kontainer untuk menaruh buku-bukuku. Mungkin karena sulit menemukan buku yang ingin kubaca di kontainer, aku ada kalanya merasa frustasi dan kehilangan antusiasku membaca buku seperti dulu.
Namun perpustakaan pribadi idaman belum hilang dari benakku. Aku masih menginginkannya. Sebuah ruangan bebas rayap dengan buku-buku terpampang sehingga mudah untuk dipilih dan diambil. Dalam ruang baca tersebut ada bantal-bantal yang nyaman juga pencahayaan cukup sehingga aku bisa puas dan nyaman membaca.

Aku masih rajin membeli buku
Aku dan pasangan berencana untuk melakukan renovasi rumah dan memasukkan ruang baca di rencana kami. Langkah kecil hari ini dan hari berikutnya adalah menabung, membeli buku jika sedang ada promo, dan menyimpannya dengan baik. Aku juga memastikan rayap tak muncul kembali dalam rumah kami dengan rajin memeriksa rumah dan menyemprot anti rayap.
Biaya renovasi rumah tak murah. Oleh karenanya kami berdua menabung. Aku manfaatkan fitur investasi dengan reksadana di aplikasi Jenius. Namun kemudian aku merasa lebih cocok dengan fitur Maxi Saver, karena aku tak merasa cemas nilai investasiku bakal turun.
Setiap beberapa bulan sekali aku membuka deposito di Maxi Saver. Selama menunggu uangnya cukup untuk minimal ditaruh di Maxi Saver, maka kutaruh di Flexi Saver. Dengan langkah kecil, sedikit demi sedikit tabungan kami bertambah dan aku berharap biaya renovasi rumah tersebut segera terkumpul. Dan aku bisa segera punya perpustakaan pribadi.

Maxi Saver Jenius
Aku akan seperti Belle dalam “Beauty and The Beast”, bisa puas membaca buku di ruang perpustakaan pribadiku. Saat ini aku harus tetap teguh melakukan #langkahkecilhariini dengan menabung dan terus menabung.
idem,
alhamdulilah saat ini sudah punya perpus keluarga berisi ribuan buku.
idem pula,
untuk buku yang dipinjam, banyak yang tak balik.
Sedih banget ya kalau nggak balik