Cerdik Atur Duit: #Lawan Imbas BBM dengan Bertanam
Ketika isyu kenaikan BBM telah marak diberitakan, harga sembilan bahan pokok alias sembako mulai merangkak naik, tak terkecuali teman-temannya seperti cabai, bawang merah, dan bumbu dapur lainnya. Saya tidak tinggal berpangku tangan, diam menggerutu seolah pasrah dengan kenaikan harga bumbu dapur tersebut. Saya pun mulai belajar bertanam.
Bertanam seolah mudah. Namun, dalam praktiknya terkadang sulit dan seolah menumbuhkan tanaman hingga tumbuh besar itu merupakan salah satu rizki Tuhan. Saya memiliki nenek dan ayah yang bertangan dingin. Biji tanaman yang sekedar ia lempar ke tanah tanpa perlakuan khusus, bisa tumbuh subur. Sedangkan saya, sepertinya harus belajar merawat tanaman seperti orang pada umumnya.
Untuk bertanam cabai, memang lebih mudah dibandingkan bertanam bawang. Cukup persiapkan biji yang ada dalam tubuh cabai dan dikeringkan. Kemudian siapkan tanah bercampur pupuk kompos, biji pun siap ditanam.
Dua bulan lalu saya telah berhasil menumbuhkan beberapa tanaman cabai hingga 15 cm, namun nasib tanaman saya sungguh malang. Ia musnah tak berbekas oleh ulah bekicot yang sungguh tak manis. Karena jijik, saya tidak berani membuang bekicot tersebut. Tapi setelah beberapa daun tanaman lain juga menjadi santapan tiga bekicot, saya pun mengumpulkan keberanian dan menyingkirkan mereka jauh-jauh.
Sebulan kemudian, saya tidak bertanam apapun, melainkan menyiapkan kompos. Sampah daun, sisa potongan sayur, kulit bawang, dan sisa sayuran lainnya yang telah saya simpan beberapa bulan sebelumnya telah berubah warnanya menjadi kehitaman dan berubah menjadi pupuk kompos, siap digunakan. Kompos itu saya campur dengan tanah.
Sebagai media tanamnya, saya memanfaatkan limbah. Saya gunakan botol/gelas air mineral dan bekas tempat mie instant yang bertumpuk. Saya gunting botol separuh dan saya lubangi membentuk pori-pori di bagian bawah agar air dapat mengalir. Setelah siap, baru saya isi dengan campuran kompos dan tanah. Biji cabai pun saya benamkan. Tapi, kali ini saya tidak beruntung dalam bertanam cabai. Tidak ada satupun biji cabai yang tumbuh. Saya garuk-garuk kepala, tidak mengerti.
Di luar dugaan, tanaman bawang saya sudah cukup tinggi, sekitar 10-15cm. Bawang yang telah tumbuh tunas, saya tanam, dan beberapa hari kemudian tunasnya telah cukup tinggi.Saya jadi bersemangat. Dalam beberapa minggu, tanaman bawang tersebut bisa saya panen. Mungkin karena terdorong oleh semangat tumbuh si bawang, salah satu dari tanaman cabai pun mulai tumbuh. Syukurlah. Saya jadi bersemangat. Dan, hari Minggu lalu saya pun bertanam pare dan bayam. Mudah-mudahan bisa tumbuh subur hingga bisa dipanen. Jika berhasil, saya tidak perlu lagi membeli bawang dan cabai, serta tidak takut dengan kenaikan harga mereka.
Saya nanam bawang belum pernah berasil, mungkin tanahnya harus kering ya? sedangkan tanah tempat bawang saya seringnya lembab hingga basah. Lebig suka nanam sayuran, tomat, cabe lebih tahan cuaca panas juga ;).
Hai mbak, saya terinpirasi dengan blog mbak jadinya mulai aktif berkebun. Saya masih coba-coba untuk bertanam, jadi belum punya resep yang manjur untuk menumbuhkan tanaman. Cabai kemarin malah banyak yang tidak tumbuh hehehe. Kalau bawang memang kayaknya kurang doyan air, tapi belum tahu juga sih mbak, saya masih amatiran :p
Ooo kirain sdh pernah tanam bawang :D. Klo cabe, bibitnya rendam air dulu deh 15-30 menit baru ditanam ;).
Baru mbak..pakai trial error..syukurlah yang dua pot sudah siap panen. Oh jadi kalau cabe direndam dulu ya..kupikir malah harus kering. Terima kasih mbak Nella tipsnya..harus belajar banyak nih ke suhu Nella..