In Memoriam Kucing Kidut
Kucingku Kidut tak mampu bertahan. Tubuhnya sangat lemah. Aku lemas mendapatkan kabar ia tiada pagi ini. Seandainya dan seandainya…
Seandainya Kidut tak kubawa ke klinik dan kubiarkan ia kurawat semampuku apakah bakal lebih baik? Ia sepertinya menggunakan energi terakhirnya untuk bertemu dan berpamitan denganku.
Tadi kami menguburnya. Di bawah pohon mangga kami. Ia lahir dan besar di sekitaran rumah kami. Aku ingin ia juga nyaman di sekitar kami saat ia melakukan peristirahatan terakhir.
Kidut si kucing putih yang lincah adalah kucing yang manis. Aku bahagia bersamanya. Ia kucing penyayang yang suka menghambur menyapaku, saat pagi dan juga saat aku pulang kerja.
Ia kucing yang baik. Semoga ia damai di alam sana.
Saya selalu sedih dengan kematian kucing, walaupun sudah mengalaminya berkali-kali. Juga suka berandai-andai, andai begini andai begitu, berharap umur mereka lebih panjang. Sekarang kucing Kidut sudah tidak sakit lagi. Saya turut berduka, semoga tetap tabah dan semangat ya Mbak 🙂
Ehm iya masih sedih, masih suka terbayang-bayang kucingnya. Dia kucingnya manis banget, suka menyambutku dan mengantarku. Tapi benar tidak boleh larut sedih, masih ada Nero dan Mungil. Terima kasih dorongan semangatnya:)
Duh sangat berprikemnusiaan. Hehhee. Slam para pecinta kucing.
Salam Brina