Hujan dan Perpisahan

Kucing

Hujan membuatku gelisah
Hujan mengingatkanku pada perpisahan
Hujan kali ini berupa akhir pertemuan
Aku memandang bayi kucing itu lekat-lekat

Bayi kucing itu akhirnya kami temukan
Tersembunyi di antara tumpukan kekardusan
Hanya bunyi meongannya samar terdengar
sehari sebelumnya

Pagi kami temukan
Malamnya si hitam tak bernyawa
Aku tak tahu siapa induknya
Cindil dan Samsudin, bukan keduanya

Si kuning masih memiliki sisa tenaga
Kubuatkan susu dan kusuapkan
Setiap kali ia menangis kucoba suapkan
Kutaruh ia di dekatku agar hangat

Kucing itu tak beribu
Aku menjadi pengganti ibu
Setiap beberapa saat kusuapkan susu
Atau coba kuelus

Kucing itu matanya masih terpejam
Pasti ia berharap induknya di dekatnya
Ia sudah susah payah ke dunia
Tapi sayangnya induknya menelantarkannya

Semalaman ku terjaga
Trenyuh dengan rengekannya
Pastinya ia ingin susu induknya
Bukan susu kemasan

Pagi menjelang
Gantian aku yang ngantukan
Lalu kuterlelap hingga siang
dan tak lama si kucing tak bernafas

Ku terpekur si bayi kucing telah pergi
Ia tak bisa hidup tanpa induk
Aku juga tak berupaya sepenuh hati
Ada rasa sesal ku

Kukuburkan dua bayi kucing
Mereka sudah melewati banyak hal
Untuk menuju dunia ini
Sayangnya dunia tak menyambutnya

Hujan gerimis
Aku baru selesai menguruk tanah
Mereka telah pergi
Aku mengucap selamat tinggal

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada November 11, 2021.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: